Bagikan:

JAKARTA - Peningkatan kesehatan mental dan fisik melalui perbaikan pola makan saat ini sedang gencar dilakukan. Dalam beberapa tahun terakhir, diet Paleolitik atau juga dikenal diet paleo paling banyak diminati masyarakat. 

Terlepas dari popularitas diet paleo, banyak peneliti dan profesional di bidang kesehatan berpendapat bahwa diet ini belum tentu yang terbaik untuk memberi manfaat bagi kesehatan secara keseluruhan. Bahkan, beberapa ahli percaya bahwa diet ini mungkin berbahaya.

Diet paleo, juga dikenal sebagai diet zaman batu atau diet manusia gua, adalah pola makan yang bertujuan untuk mencerminkan cara makan pemburu-pengumpul ribuan tahun yang lalu.

Orang yang mengikuti diet paleo makan banyak daging, buah, sayuran, dan membatasi asupan kacang-kacangan dan biji-bijian.

Makanan dan minuman yang sering dikonsumsi oleh seseorang yang mengikuti diet paleo meliputi, daging, ikan, telur, air, teh herbal, buah, sayuran, rempah-rempah, kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sehat, seperti kenari atau minyak zaitun.

Sedangkan, makanan yang sering dihindari seseorang yang mengikuti diet paleo meliputi, produk susu, gula, garam, kacang tanah, kacang polong, bahan buatan, makanan diproses, minuman ringan, beras, gandum, dan kentang.

Orang yang menjalani diet paleo percaya bahwa perubahan pola makan pemburu-pengumpul ke pola makan pertanian telah meningkatkan prevalensi penyakit kronis di seluruh dunia, termasuk penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.

Mereka percaya bahwa tubuh manusia tidak dilengkapi secara genetik untuk mengkonsumsi makanan modern yang telah diperkenalkan oleh praktik pertanian. Akibatnya, mereka berpikir bahwa kesehatan kita secara keseluruhan akan meningkat dengan mengikuti pola makan yang mirip dengan nenek moyang.

Manfaat yang diklaim dari diet paleo meliputi:

  • Kadar kolesterol menurun
  • tekanan darah menurun
  • peningkatan kontrol glikemik
  • mengurangi lingkar pinggang dan penurunan berat badan
  • rasa kenyang yang lebih baik
  • meningkatkan kesehatan usus
  • mengurangi penyakit penyebab kematian

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Nutrition Trusted Source bertujuan untuk menyelidiki hubungan diet Paleolitik dan diet Mediterania dengan semua penyebab dan kematian spesifik penyebab.

Studi ini menemukan bahwa mereka yang mengikuti diet paleo atau Mediterania telah mengurangi penyakit penyebab kematian, menurunkan stres oksidatif, dan menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung dan kanker.

Sebuah meta-analisis dari tahun 2020 meninjau empat studi untuk membandingkan diet paleo dengan diet Mediterania, diet diabetes, dan diet lain yang direkomendasikan oleh Dewan Kesehatan Belanda. Para peneliti melihat efek dari diet ini pada glukosa dan homeostasis insulin pada individu dengan metabolisme glukosa yang berubah.

Mereka menemukan bahwa orang yang menjalani diet paleo tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam glukosa puasa, kadar insulin, atau kadar HbA1c dibandingkan dengan mereka yang mengikuti jenis diet lainnya. Peneliti menyimpulkan bahwa diet paleo tidak lebih unggul dari diet bergizi lainnya pada orang dengan metabolisme glukosa yang berubah.

Selain itu, sebuah penelitian yang ditampilkan dalam jurnal Nutrition pada Januari 2020 meneliti efektivitas diet yang berbeda, termasuk diet paleo dan puasa intermiten.

Peneliti menemukan bahwa, hingga saat ini, tidak ada satu diet khusus yang dapat secara efektif mendukung penurunan berat badan pada semua individu. Mereka menyimpulkan bahwa diet terbaik untuk menurunkan berat badan terdiri dari keseimbangan energi negatif sambil berfokus pada kualitas makanan.