JAKARTA - Idealnya, hubungan antara orang tua dan anak-anak mereka dipenuhi dengan rasa kasih sayang serta tenggang rasa yang membuat ikatan batin kian erat. Namun realitanya, tidak sedikit sikap orang tua yang malah menjadi racun bagi mental anak-anak mereka, dan tidak sembuh sampai si anak tumbuh dewasa. Contohnya menganggap remeh prestasi anak dan tidak mengapresiasinya, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang tak pernah merasa berguna, mengecewakan, dan tak percaya diri meski telah berupaya keras.
Lalu bagaimana jika setelah dewasa Anda menyadari bahwa sikap-sikap orang tua di masa lalu telah menjadi racun bagi kondisi mental Anda? Berikut ini beberapa cara menghadapi sikap orang tua yang beracun!
Tinggal di rumah terpisah
Sebagai orang dewasa, Anda memegang kendali kehidupan Anda sendiri. Tinggal di bawah satu atap bersama orang yang terus-menerus menggerus kewarasan Anda sama saja dengan menyakiti diri sendiri. Sayangi diri Anda dengan mengambil jarak dengan orang tua untuk memulihkan kondisi mental Anda.
Tetapkan batasan dalam interaksi
Membatasi akses orang tua ke kehidupan pribadi Anda juga salah satu cara menghadapi hubungan yang beracun. Ini bukan berarti Anda menyingkirkan orang tua begitu saja, ya, tetapi membatasi seberapa sering interaksinya agar tak berpengaruh pada kondisi psikologis Anda.
Terima bahwa kita tak bisa mengubah masa lalu
Menerima kenyataan memang bukan hal mudah, termasuk untuk menerima hal-hal tidak menyenangkan yang berada di luar kuasa kita, seperti memilih di keluarga mana kita ingin dilahirkan. Namun terlalu lama memendam kesal dan dendam atas hal yang di luar kuasa itu justru akan memperparah luka batin kita.
Tak perlu ikut campur dalam urusan orang tua
Orangtua mungkin ada kalanya terlibat masalah dengan anggota keluarga atau kerabat dekat lainnya. Meski Anda adalah bagian dari keluarga, kalau penyebabnya jelas-jelas adalah sikap buruk orang tua Anda , sah-sah saja, kok, tak perlu ikut ambil bagian sepenuhnya dalam perkara itu.
BACA JUGA:
Tidak meminjamkan uang
Anda mungkin dengan mudah bisa merasa kasihan dan tidak tega ketika orangtua meminjam uang, meski sebetulnya keberatan dengan alasan mereka berutang. Percayalah, ini bukan kebiasaan yang baik. Sudah seharusnya orang tua mampu mengelola keuangannya sendiri. Kalau Anda punya keperluan lain yang lebih mendesak, misalnya kebutuhan anak Anda sendiri, ada baiknya mendahulukan itu ketimbang keperluan orang tua yang dirasa tidak darurat.
Mundur sebagai ahli waris secara hukum
Di tengah masyarakat kita, mengambil jarak dengan orang tua bisa disalah artikan sebagai sikap durhaka yang memunculkan stigma. Contohnya ketika seorang anak mundur sebagai ahli waris secara hukum karena tahu orang tuanya tidak bertanggung jawab mengelola uang, sehingga sampai terlilit utang. Ini bukan cuma membuat si anak tak berhak atas warisan orang tua, tetapi juga lepas dari kewajiban melunasi utang-utang yang melilit orang tua jika mereka wafat.
Bukan kekerasan fisik saja yang melukai anak-anak dan pertumbuhannya, tetapi juga sikap buruk orangtua. Lakukan apa yang bisa Anda lakukan sesuai daya dan kemampuan Anda, dan jangkau bantuan profesional bila diperlukan, ya!