Bagikan:

JAKARTA - Rambutnya yang putih dengan rona wajah ekspresif, memudahkan publik mengenalnya. Sosok itu bernama Ganjar Pranowo, pemimipin ala milenial. Kader loyal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kedua kalinya terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah periode 2018 hingga 2023. Ganjar Pranowo adalah Kepala Daerah Inovatif 2014 untuk kategori layanan publik, dikarenakan membaiknya kinerja pelayanan pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam melayani publik. 

Siapa Ganjar Pranowo?

Ganjar Pranowo ada di urutan kelima di antara enam saudara, pasangan Pramuji dan Sri Suparmi kelahiran asli Karanganyar, Jawa Tengah. Pramuji terbiasa mendidik Ganjar kecil penuh disiplin, ketegasannya memang dibutuhkan sebagai seorang Polisi dalam kesehariannya. Sementara Ibunya sibuk mengurus keenam anak dan keluarganya di rumah.

Ganjar menghabiskan masa SMA di kota, merasa cocok di kota pelajar itu, ia lanjutkan berkuliah di Universitas Gadjah Mada lewat Fakultas Hukum. Selesainya di UGM, ia melengkapi gelar berikutnya di Universitas Indonesia dengan merengkuh Master Ilmu Politik (M.I.P).

Mengawali karir selama empat tahun sebagai konsultan profesional SDM di perusahaan swasta, tak terlintas dalam pikirannya bagaimana nanti dunia politik mengubah perjalanan hidup Ganjar Pranowo. Merasa ingin membesarkan ‘kandang banteng’ provinsi Jawa Tengah, ia mengawali perannya dalam politik sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 

Matanya terbelalak terpesona. Hatinya terperanjat begitu saja kala melihat sosok wanita mungil bernama Atik. Berbalas perasaan serupa, Atik juga tertarik dengan kecerdasan sosial Ganjar muda. Siti Atikoh, nama lengkap Atik, jujur melihat sosok wibawa kepemimpinan Ganjar muda itu berbeda, menonjol. Wanita yang dikenal Ganjar saat KKN dulu, akhirnya dipersunting. Pada tahun 2001 mereka dikaruniai seorang putra, Zinedine Alam Ganjar. 

Gayanya memimpin jauh dari kesan kaku, tak ingin seperti kebanyakan birokrat produk lama. Keluwesannya bercakap membuat siapapun yang berinteraksi dengannya memang nyaman. Dibumbui guyonan-guyonan ala Ganjar seorang. Kalau provinsi tetangga di Jawa Barat punya Ridwan Kamil, lalu di Ibu Kota ada Anies Baswedan, maka Jawa Tengah adalah Ganjar Pranowo. Para pemimpin milenial negeri ini.

Kemujuran Dibalik Kegagalan

Malang sejatinya tak mampu ditolak, juga mujur yang tak bisa diraih begitu saja. Kegagalan Ganjar di tahun 2004 melangkah ke Senayan, ternyata menyimpan sebuah kemujuran di baliknya. Lewat Pergantian Antar Waktu (PAW), Ganjar Pranowo berhak mengisi kursi kosong Jakob Tobing rekannya satu partai, yang ditunjuk Megawati agar segera berangkat ke Korea Selatan sebagai Duta Besar RI. Kemujuran yang nantinya mengubah perjalanan politik pria penikmat musik Metallica dan Dream Theater.

Lima tahun dijalaninya sejak 2004 hingga 2009 di sebagai anggota komisi IV DPR-RI. Komisi yang fokus menangani isu-isu seputar pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Selesai masa bakti di penghujung tahun 2009, ia kembali terpilih lagi sebagai wakil rakyat untuk periode berikut 2009-2014.

Keputusannya masuk ke dalam persaingan Pilkada Gubernur Jawa Tengah 2013, mengharuskan ia memilih. Menyisakan masa tugas satu tahun lagi ke depan, Ganjar memilih tak menyelesaikan masa tugas dan melepas status DPR-RI.

Datang menantang Bibit Waluyo sang Petahana, dengan sokongan penuh PDIP. Duet Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko masih jauh kalah populer menurut perhitungan lembaga survei nasional. Enaknya berperan sebagai pihak yang tak diperhitungkan, justru membuat manuver-improvisasi Ganjar lebih lepas dengan visi-misi jualannya sesederhana mungkin asal masuk akal di mata rakyat.

Survei hanyalah sekedar survei tok. Perhitungan di atas kertas hanya terbilang teoritis, tak sinkron dengan realita dan ekspektasi publik Jawa Tengah. Ia memberi sensai kejutan! membalikkan prakiraan, Bibit Waluyo sang incumbent dijungkalkan sosok baru Ganjar Pranowo.

Kehausan rakyat ditenggarai keinginan sosok figur yang bersih tak punya catatan korupsi disertai kepekaan menanggapi isu-isu pertanian. Ganjar dianggapnya lebih segar, wawasannya juga luas, dengan visi yang menarik perhatian lintas generasi saat itu. Lewat jargon "Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi" Ganjar merebut kursi petahana sebagai Jateng-1.

Lima tahun era kepemimpinan Pak Gubernur Ganjar, provinsi Jawa Tengah berinovasi cukup pesat. Perannya krusial sebagai pendorong tumbuhnya lembaga keuangan daerah dalam Penggerak Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). Dirasa sulit dalam pengembangan dan perluasan akses keuangan bagi pelaku UMKM memang membutuhkan solusi konkrit. Solusi yang tak pelak membuat presiden Jokowi memberikan penghargaan untuknya.

Inovasi Kartu Tani. Bila Jakarta punya Kartu Jakarta Sehat, Ganjar melahirkan Kartu Tani. Permasalahan petani yang selalu berkutat perihal distribusi, harga, kualitas, hingga jenis dan jumlah pupuk diharapkan terjawab lewat Kartu Tani. Sebuah konsep yang terintegrasi langsung dengan sistem pertanian Indonesia, sehingga stabilitas komoditi pertanian terpantau.

Mobilitas tinggi dikemas lewat inovasi demi inovasinya, terbukti berpengaruh pada citra instansi pemerintahan, sehingga di tahun 2014 ia dinobatkan sebagai Kepala Daerah Inovatif untuk kategori Layanan Publik.

Dirasa tak cukup dengan lima tahun pertamanya, dengan banyak hal yang belum tersentuh dengan optimal. Ganjar maju kembali dalam Pilkada Gubernur Jawa Tengah 2018, dengan harapan adanya kepercayaan publik untuk tambahan lima tahun kedepan.

Konsep Nasionalis-Religius yang dijual dalam kemasan Ganjar Pranowo-Taj Yasin, memang mirip konsep 'Rindu' ala Ridwan Kamil-Uu di Jawa Barat. Entah kebetulan, keduanya juga berhasil memenangkan Pilkada Gubernur 2018. Tak terbendungnya popularitas Ganjar dibuktikan lewat keunggulan selisih suara yang berkisar 3 juta lebih di atas Sudirman Said, sang lawan di urutan kedua. 

Makin Dekat, Makin Terlihat

Semakin dekat ia di tengah situasi, makin terlihat jelas bagaiman sebenarnya. Gayanya sangat khas, identik lewat sidak (inspeksi mendadak) yang penuh spontanitas. Berbekal pengalamannya selama enam belas tahun di dunia pemerintahan, ia paham betul bagaimana tak mudah terjebak sindrom The Plague of Flattery.

The Plague of Flattery, istilah politisi Italia, Niccolo Machiavelli. Berpesan agar pemimpin tak mudah terbuai berbagai sanjungan dari sekelilingnya, umumnya bersifat 'ABS' penuh pujian, Asal Bapak Senang. Situasi di mana informasi yang diteruskan kepada atasan bersifat normatif dan terkesan baik-baik saja, sejauh atasan senang.

Sebut saja kota Kudus, Magelang, Wonogiri sampai Semarang menjadi kota korban sidak. Mulai dari sudut kantor-kantor instansi pemerintahan hingga lokasi terjal penambangan ilegal, tak menggetarkan nyali Ganjar. Bocornya informasi Ganjar akan datang di para penambang, memaksa kocar-kacir bersembunyi. Ada Ganjar datang pikir mereka.

Gayanya yang menggedor sekaligus mendobrak kultur birokrasi kuno, menginspirasi kalangan milenial tentang pejabat yang tak lagi memiliki jenjang dari atas kepada mereka di bawah, para rakyat. Cerdas, unik, dan nyeleneh, ketiga hal ini yang menggambarkan persona Pak Gubernur Ganjar.

Entah nyeleneh atau bagaimana di bulan November 2016, di salah satu gerbong kereta Purwojoyo jurusan Jakarta-Cilacap, ia tertangkap kamera nikmatnya pulas tertidur di kolong kursi. Hanya Ganjar yang paham.

Sudah lazim bagi para ajudan protokoler pengawal Pak Gubernur, mendadak berubah di luar jadwal. Keinginan Pak Gubernur berdasarkan naluri dengan apa yang dilihatnya di perjalanan, singgah mampir sejenak hal sudah biasa. Waktu dimana harga gabah sangat anjlok di kalangan petani, ia spontan mampir menemui mereka, petani di desa Njenengan Purworejo. Sekedar ingin tahu apa yang terlontar dari mulut-mulut konstituen yang memilih dirinya kemarin.

Mengganggu pikiran mereka para birokrat kuno yang tak mau berbenah, memang niatnya sejak tahun 2014. Kebutuhan perubahan di tiap jaman, pasti butuh pula cara yang berbeda, tak bisa lagi konservatif. Keberaniannya di tahun ketiga menjabat, ia justru meminta keras agar memiliki hak memecat langsung para PNS yang hobi menjalani pungli (pungutan liar). 

Bilamana Metallica bisa menggambarkan sosok Ganjar Pranowo, mungkin lewat gubahan Atlas, Rise! Menjadi Ganjar, Rise! Ya, dirinya semakin terbit pasca terpilih periode kedua.

Seraya tak ingin pelan berakselerasi, kontribusi Ganjar yang ditopang Taj Yasin, di bulan November 2019 sudah meraih 40 penghargaan. Padahal baru genap satu tahun menjabat masa tugas.

Pemimpin hebat di hari ini tak pernah lepas dari peran sebuah proses kehidupan, terutama nilai-nilai pendidikan. Tanpa sang Guru, tiada Ganjar sekarang. Menghampiri Pak Wagiyo itu ibarat sidak bertema religi, di tengah momen Idul Fitri. Pak Wagiyo adalah sosok yang berperan dalam perjalan Ganjar kecil dulu, guru Ganjar Pranowo saat di Sekolah Dasar, SDN 2 Tawangmangu, Karanganyar.

Mungkin Ganjar meresapi penggalan lirik dalam Spirit Carries On, Dream Theater. Life is too short. Bahwa hidup itu sebentar. Merasa beruntung masih bisa melihat Pak Wagiyo di usia senjanya, muridnya dulu itu tak malu sungkem di depan umum, refleksi kecil rasa terima kasih atas semua.

Murid yang dulu berbaur bersama ratusan murid-muridnya, kini telah menjadi pusat perhatian nomor satu publik di Jawa Tengah.

Fakta Menarik Ganjar Pranowo

Zakat ASN Tertinggi di Indonesia. Keberhasilan Ganjar lewat pengumpulan zakat Aparatur Sipil Negara dengan jumlah Rp4,7 miliar per bulan adalah yang tertinggi se-Indonesia.

Reformasi Birokrasi yang Masif. Keberanian Ganjar menunjuk seorang camat menjadi Kepala Biro terbilang mengagetkan dalam dunia birokrasi. Dan penunjukkan kepala sekolah SMK Bawen sebagai Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah.

Sepeda, Alam dan Tour de FranceGanjar mengoleksi sepeda lebih dari 6 unit, harga termahal diakuinya cuma mentok berkisar 20 jutaan. Mimpinya suatu saat ikutan Tour de France.

Sang Penghibur. Membajak acara dan mengambil alih tugas komedian Tukul sebagai host di satu acara TV Februari lalu, hanyalah satu diantara bakatnya sebagai penghibur, entertainer. Gubernur yang sempat eksis pula memerankan seorang dosen berpangkat Kombes Akpol dalam satu adegan film 'Sang Perwira'.

Jawara Sains di Negeri Ginseng. Putra Ganjar yang akrab dipanggil Alam, ternyata pernah menjuarai kompetisi sains di Korea Selatan di tahun 2015.

Profil Ganjar Pranowo

Nama lengkap: H. Ganjar Pranowo, S.H, M.IP

Tempat, tanggal lahir: Karanganyar, Jawa Tengah 28 Oktober 1968.

Profesi: Politisi.

Gelar / titel: Sarjana Hukum (S.H), Master Ilmu Politik (M.IP).

Agama: Islam.

Orang Tua: Pamuji (Ayah), Almh. Sri Suparmi (Ibu).

Pasangan: Hj. Siti Atikoh Suprianti.

Anak: Zinedine Alam Ganjar.

Laporan Harta Kekayaan: Rp 6,7 miliar (2018/LHKPN).

Pendidikan: 

  • Universitas Indonesia, Pascasarjana Ilmu Politik, Depok, Jawa Barat
  • Universitas Gajah Mada, Fakultas Hukum, Jawa Tengah
  • SMA BOPKRII Yogyakarta, Jawa Tengah
  • SMPN 1 Kutoarjo, Jawa Tengah

Perjalanan Karir:

  • Gubernur Jawa Tengah (2013-2018, 2019-2023).
  • Wakil Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), DPR-RI (2010-2013).
  • Sekretaris I Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), DPR RI (2007-2009).
  • Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), MPR-RI (2009-2010).
  • Anggota Badan Legislasi, DPR-RI (2004-2010).
  • Ketua Panitia Khusus (Pansus) tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD di DPR-RI (2007-2009).
  • Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU Partai Politik di DPR-RI (2007-2009).
  • Anggota Tim Pengawas (Timwas) Centur DPR-RI (2010-2013).
  • Anggota Panitia Khusus (Pansus) Angket Bank Century DPR-RI (2009-2010).
  • Wakil Ketua Komisi II DPR-RI, Bidang Pemerintahan dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, Reformasi Birokrasi, Pemilh, Pertanahan dan Reformasi Agraria (2009-2013).
  • Anggota Komisi IV DPR-RI, Bidang Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pangan (2004-2009)
  • Konsultan Human Resources Development (HRD) PT. Prakarsa (1995-1999).

Penghargaan: 

  • Anugerah Tokoh Media Radio dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Jawa Tengah (2015).
  • Mengatasi Bencana di Provinsi Jawa Tengah (2014).
  • Kepala Daerah Inovatif untuk kategori layanan publik (2014).
  • Anugerah Pataka Paramadhana Utama Nugraha Koperasi (2013).