JAKARTA - Tri Rismaharini alias Risma merupakan wali kota wanita pertama Surabaya. Ia menjabat sejak 28 September 2010. Berkat prestasi dan ketegasannya, Risma menjabat wali kota Surabaya sebanyak dua kali.
Perempuan kelahiran 20 November 1961 ini adalah anak dari pasangan Mochammad Chuzaini dan Siti Mudjiatun. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara.
Sejak kecil, Risma hidup sederhana. Penghasilan ayahnya yang merupakan seorang aparatur sipil negara (ASN) di kantor pajak harus cukup untuk memenuhi kebutuhan keempat saudaranya. Dari ayahnya, Risma juga belajar menjadi seorang yang gigih dan ulet.
Risma sekolah di SD Negeri Kediri, dan setelah lulus ia melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri 10 Surabaya baru kemudian meneruskan ke SMA Negeri 5 Surabaya. Setelah itu risma diterima di S1 jurusan arsitek di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Semangat belajar Risma yang tak pernah padam membuatnya lanjut studi S2 jurusan managemen pembangunan kota di kampus yang sama.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Risma mengikuti jejak ayahnya dengan menjadi seorang ASN di pemerintahan Kota Surabaya. Sampai pada usia 36, Risma menjadi Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya. Setelah itu, dia menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang serta Kepala Cabang Dinas Pertamanan.
Kariernya terus meroket, Risma pindah sebagai kepala Bagian Bina Bangunan, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, hingga menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Moncernya kerja Risma dilirik Partai PDIP yang ingin mencalonkannya menjadi wali kota Surabaya.
Mengubah wajah Surabaya
Sebagai mantan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Risma sukses menata ibu kota Jawa timur menjadi kota yang bersih, penuh taman, dan bebas banjir. Lahan tak terawat disulapnya menjadi taman kota yang asri. Tak heran bila saat ini, sedikitnya ada belasan taman kota berskala besar dengan berbagai tema sebagai sarana melepas penat warga.
Sebagai orang yang punya latar belakang sebagai arsitek, Risma tak main-main bila sudah menyangkut urusan pembangunan tata kota. Salah satu taman yang ia bangun yakni Taman Bungkul, yang mendapat penghargaan dunia. Taman ini mendapat predikat the 2013 Asian Townscape Sector Award dari kantor regional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) wilayah Asia dan Pasifik.
Taman-taman lain yang dibangun di era Risma dengan konsep all in one entertainment park, antara lain Bundaran Dolog, Taman Undaan, serta taman di Bawean. Karena pembangunan itu beberapa tempat yang dulunya seperti mati suri kini dipenuhi dengan warga Surabaya.
Risma bukan cuman sosok yang telaten, ia juga seorang yang tegas. Pernah pada suatu waktu ia marah besar karena tanaman di Taman Bungkul rusak diinjak-injak warga saat pembagian es krim gratis pada Mei 2014. Saat itu, panitia acara abis kena semprot, dan mereka berjanji kepada Risma akan memperbaiki bagian taman yang rusak.
Selain taman, Risma juga berkontribusi dalam pembangunan trotoar bagi pejalan kaki. Dengan mengusung konsep modern, pembangunan bisa dilihat secara langsung di sepanjang Jalan Basuki Rahmat, yang dilanjutkan hingga Jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.
Mendunia
Selama Risma memimpin dan berhasil mengubah wajah Surabaya, sederet penghargaan berhasil diraih baik di tingkat nasional maupun dunia. Di bawah kepemimpinannya Surabaya meraih penghargaan Adipura pada 2011 sampai 2014 berturut-turut untuk kategori kota metropolitan.
Di tingkat internasional, Risma berhasil membuat Surabaya menjadi kota terbaik se-Asia Pasifik pada 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.
Karena kiprahnya itu, Risma diganjar sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation. Lalu pada 2016, perempuan kelahiran 20 November ini juga mendapatkan penghargaan internasional "Ideal Mother," dari Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO) Kairo.
Setahun kemudian, Risma berhasil menyabet penghargaan The President of Association otherways management & consulting Paris-Franc Otherways Management Association Club (OMAC). Hingga pada 2018, Risma dinobatkan sebagai Presiden United Cities and Local Governments (UCLG) Asia Pacific (ASPAC). Dan di 2019, ia menerima penghargaan Women Empowerment Award (WEA) di Singapura.
Kontroversi
Penghargaan
Seperti kebanyakan tokoh-tokoh terkenal, sosok Risma tak lepas dari kontroversi. Kita mulai dari 2014 ketika Risma mengirab piala internasional bertitel Socrates Award.
Dengan bangga Risma dan jajarannya, menyatakan prestasinya atas penghargaan Socrates Award 2014 untuk kategori "Innovative City of the Furuter." Dalam siaran persnya, Humas Pemkot Surabaya menyebut Kota Surabaya menjadi kota pertama di dunia yang mendapatkan award ini untuk kategori kota.
Namun penghargaan itu dianggap janggal karena kategori piala itu tertulis jelas sebagai "For Personal Contribution to the Development of Europe Integration." Bukan kategori "Innovative City of the Furuter" sebagaimana disampaikan Risma dan rilis Humas Pemkot.
Sempat ditelusuri di laman EBA. Nama Risma maupun Kota Surabaya tak masuk daftar penemira Socrates Award. Namun hal itu diklarifikasi pihak pemkot Surabaya, bahwa situsnya tidak update.
Penutupan Dolly
Masih di tahun yang sama, Risma juga membuat kontroversi dengan menutup kawasan lokalisasi Dolly. Ia perlahan mengubah kawasan yang dulunya tempat prostitusi itu sebagai lokasi wisata.
Risma mengatakan tidak ada tujuan untuk membuat warga Dolly menderita saat itu. Justru, ia ingin menyelamatkan anak-anak dari lingkungan prostitusi. Dia prihatin karena sampai ada yang menyampaikan bahwa anak-anak Dolly tidak diterima bekerja di mana pun karena alamat rumahnya di kawasan pelacuran.
Oleh karena itu, selain membangun wajah kawasan Dolly, Risma juga berusaha membangun manusianya di sana. Berbagai program pemerintah seperti beasiswa dan program pelatihan untuk membuka peluang mata pencaharian baru dibuat pemerintah Surabaya.
Berseteru dengan Ahok
Lalu pada 2016, Risma sempat berseteru dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok. Perseteruan ini berkaitan dengan bursa calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Saat itu ada isu beredar partai pendukung BTP PDIP, akan mengusung Risma sebagai calon Gubernur ibu kota. Padahal, pihak internal partai pun masih belum memutuskan secara resmi.
BACA JUGA:
Saat itu, menurut pemberitaan, BTP sempat membanding-bandingkan apa yang sudah dikerjakannya untuk Jakarta dengan apa yang sudah dikerjakan Risma di Surabaya.
Bahkan BTP sampai menyatakan luas wilayah Surabaya hanya sebesar Jakarta Selatan. Hal ini sempat membuat Risma geram. Namun BTP mengatakan pernyataan itu hanyalah pelintiran media.
Sasaran ujaran kebencian
Kemudian yang terbaru, Risma juga sempat menjadi sasaran ujaran kebencian dan pencemaran nama baik pada awal tahun 2020. Saat itu seorang perempuan asal Bogor, Dzikria Dzatil ditetapkan sebagai tersangka karena menyindir sosok Risma sebagai "kodok betina."
Hal itu ia lakukan lantaran tak terima atas banyaknya hujatan dari kubu Risma kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dianggap gagal mengatasi masalah banjir awal tahun. Ejekan Dzikria itu ternyata turut menyinggung banyak warga Surabaya dan Risma. Sehingga ia ditangkap polisi dan dibui selama dua minggu.
============
Profil Tri Rismaharini
Nama Lengkap
Dr.(H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T
Nama Panggilan
Risma
Tempat dan Tanggal Lahir
Kediri, 20 November 1961
Agama
Islam
Profesi
Politisi
Gelar
Doktor Honoris Causa/Doktor Kehormatan
Pasangan
Ir. Djoko Saptoadji
Anak
Fuad Bernardi
Tantri Gunarni Saptoadji
_____
Pendidikan Formal
2002: S2 Managemen Pembangunan Kota ITS Surabaya
1987: S1 ARSITEKTUR ITS SURABAYA
1980: SMAN V Surabaya
1976: SMPN X Surabaya
1973: SDN Kediri
__________
Pekerjaan
2010-2020: Walikota Kota Surabaya
2008-2010: Kepala Bappeko Surabaya
2005-2008: Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya
2005: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
2002-2005: Kepala Bagian Bina Pembangunan Kota Surabaya