JAKARTA - Komisi Perdagangan Federal (FTC) masih melanjuti penyelidikannya terhadap Elon Musk atas masalah penanganan privasi dan keamanan di Twitter, kini menjadi X.
Belum lama ini, pengadilan mengungkapkan hasil penyelidikan terbaru dari kasus yang terus ditindaklanjuti oleh FTC. Dalam dokumen pengadilan publik terbaru, Musk dituding membuat kekacauan di lingkungan Twitter oleh Departemen Kehakiman.
Sebelum Musk mengambil alih perusahaan, Twitter membayar denda senilai 150 dolas AS (Rp 230,63 miliar) dan menandatangani perjanjian untuk menerapkan langkah privasi dan keamanan tertentu.
Perjanjian ini dibuat setelah Twitter diinvestigasi karena penggunaan penargetan iklan yang menipu di bawah pimpinan Jack Dorsey. Namun, kewajiban ini gagal dilakukan saat Musk memimpin.
Musk dituding menghalangi pejabat perusahaan untuk mematuhi kewajiban Twitter kepada FTC. Departemen Kehakiman mendapatkan informasi tersebut dari sejumlah mantan eksekutif di Twitter.
Salah satu yang memberikan informasi adalah mantan Kepala Tugas Privasi Twitter Damien Kieran. Disampaikan oleh Departemen Kehakiman, Damien menyinggung cepatnya peluncuran Twitter Blue beberapa waktu lalu.
“Tinjauan keamanan dan privasi tidak dilakukan sesuai dengan proses pengembangan perangkat lunak perusahaan,” kata Damien dalam laporan tertulis, dilansir engadget.
VOIR éGALEMENT:
Selain kewajiban Twitter kepada FTC yang tidak dipenuhi oleh Musk, ada kekhawatiran atas penataan ulang server perusahaan yang dilakukan oleh Musk.
Seharusnya Musk menghapus server terlebih dahulu sebelum dipindahkan, tetapi Musk justru melakukan yang sebaliknya menurut pengakuan mantan karyawan Twitter.
Elon Musk sempat memberikan respon terkait kasus yang dipermasalahkan FTC ini. Dalam tweet-nya Musk menyebut kasus ini sebagai, “Sebuah kasus memalukan yang mempersenjatai lembaga pemerintah untuk tujuan politik.”
Di saat Musk menuding tindakan FTC sebagai alat politik, Regulator berpendapat bahwa Musk harus digulingkan dari X Corp. Bukti yang dimiliki FTC pun menunjukkan bahwa Musk terlibat dalam transformasi yang terjadi di X Corp.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)