Partager:

JAKARTA - Real Madrid mengalami kesulitan saat menghadapi Borussia Dortmund di final Liga Champions. Bahkan pelatih Madrid Carlo Ancelotti tak segan memuji penampilan Dortmund meski akhirnya mereka harus mengakui keunggulan Los Merengues 2-0 dalam duel di Stadion Wembley, London, Minggu, 2 Juni 2024 dini hari WIB.

Madrid dinaungi keberuntungan dalam perjalanan meraih trofi ke-15 kalinya. Di laga final, mereka juga menghadapi lawan yang apes saja.

Bagaimana tidak, Madrid berada di bawah tekanan Dortmund di sepanjang babak pertama. Beruntung kipet Thibaut Courtois bermain gemilang. Setelah absen selama tujuh bulan karena cedera ACL, dirinya kembali berdiri di bawah mistar.

Keputusan Ancelotti menurunkan Courtois seperti menjadi perjudian. Pasalnya, kiper kedua Andriy Lunin juga bermain cemerlang selama menggantikan Courtois. Dia juga berperan membawa Madrid ke final Liga Champions.

Namun di saat-saat terakhir menjelang final. Lunin malah terserang flu sehingga kian memantapkan Ancelotti untuk mengandalkan kiper timnas Belgia ini.

Hanya saja, Courtois memang harus bekerja keras menghadapi serangan Dortmund. Tim Bundesliga Jerman ini sudah mendapat peluang bagus saat Karim Adeyemi berhasil lolos dari jebakan offside di menit 21. Sayangnya, sepakan Adeyemi masih melebar.

Selanjutnya, striker Niclas Fuellkrug nyaris membobol gawang Madrid. Namun sepakannya membentur tiang gawang.

Dortmund juga gagal mencetak gol lewat Julian Brandt dan Marcel Sabitzer. Peluang bagus mereka secara gemilang digagalkan Courtois yang sesunguhny baru lima kali dimainkan setelah pulih dari cedera ligamen.

"Di baba pertama, saya sama sekali tidak suka dengan level bermain kami. Pemain terlalu sering kehilangan bola dan berada di tempat yang salah" kata Ancelotti seperti dikutip laman UEFA.

"Kami membiarkan Dortmund bermain sesuai keinginan mereka. Transisi mereka sangat bagus. Harus diakui mereka berada di posisi sebagai tim yang sangat berbahaya," ucap dia.

Meski demikian, penampilan Madrid akhirnya membaik di babak kedua. Penampian tim menjadi lebih hidup. Pemain tak lagi gampang kehilangan bola dan mendapat peluang mencetak gol.

Tendangan bebas Toni Kroos secara gemilang digagalkan kiper Gregor Kobel. Selanjutnya, sundulan Dani Carvajal masih tipis melambung di atas mistar gawang.

Namun Carvajal pula yang akhirnya memecah kebuntuan. Dirinya menyambut sepak pojok Kroos yang kemudian menaklukkan Kobel di menit 74.

Hanya berselang sembilan menit, striker Vinicius Junior memantapkan keunggulan Madrid menjadi 2-0. Penyerang timnas Brasil ini menyelesaikan assist dari Jude Bellingham. Skor itu bertahan sampai akhir laga.

"Situasi itu jelas lebih sulit dibandingkan apa yang kami perkirakan. Di babak pertama, kami mengalami kesulitan. Di babak kedua, kami sudah tak lagi gampang kehilangan bola dan bermain lebih baik. Kami akhirnya menang dan mimpi pun berlanjut," kata Ancelotti yang dua kali memenangkan Liga Champions sebagai pemain dan lima kali sebagai pelatih.

Perjalanan Madrid merengkuh trofi kuping lebar memang diwarnai keberuntungan. Saat bertemu juara bertahan Manchester City di perempat final, mereka nyaris kalah saat bermain di kandang sendiri.

Man City sempat unggul 3-2 sebelum disamakan gelandang Federico Valverde menjadi 3-3.

Hasil itu menjadikan Man City sangat percaya diri mengatasi Madrid karena mereka bermain di hadapan pendukung sendiri di Etihad pada laga kedua. Man City memang sepenuhnya menguasai permainan. Namun Madrid yang beruntung dan berhasil lolos lewat adu penalti.

Keberuntungan kembali berpihak saat Madrid menghadapi Bayern Munchen di semifinal. Pada laga pertama, Madrid sudah nyaris tumbang bila tidak diselamatkan Vinicius Junior yang memaksakan imbang 2-2 di Allianz Arena.

Di laga kedua di Santiago Bernabeu, Bayern sudah unggul satu gol. Lagi-lagi, Madrid beruntung karena Joselu mencetak brace yang membalikkan keadaan. Bahkan gol penentuan Joselu dicetak pada injury time.

Jurnalis senior Graham Hunter melaporkan sukses Madrid sangat berbau 'Jerman'. "Gol kemenangan atas rival dari Bundesliga [Jerman] dicetak Joselu, pemain kelahiran Jerman. Di final ini, Carvajal yang mengasah kemampuan di Bayer Leverkusen mencetak setelah menerima umpan brilian dari pemain timnas Jerman Kroos" katanya.

"Gol penentuan? Di set up oleh eks Dortmund, Bellingham. Gelar ke-15 Liga Champions Madrid memang Made in Germany alias dibuat oleh Jerman," ujar Hunter.

Keberhasilan menjadi juara membawa Madrid menghadapi juara Liga Europa Atalanta dalam perebutan UEFA Super Cup. Laga digelar di Warsawa, Polandia, 14 Agustus 2024 .


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)