Eksklusif, Fadli Zon dan The Power of Culture
Hadirnya Kementerian Kebudayaan adalah komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan budaya lebih berdaya. Selama ini, menurut Menteri Kebudayaan Fadli Zon, bangsa ini belum cukup mengagungkan budayanya sendiri. The Power of Culture alias kekuatan budaya harus benar-benar diimplementasikan untuk kepentingan yang lebih luas.
***
Salah satu arahan dari Presiden Prabowo kepada Fadli Zon, yang diberi amanat menjadi Menteri Kebudayaan setelah sebelumnya bergabung dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, adalah memperkuat peran budaya. “Kementerian Kebudayaan ini adalah komitmen dari Pak Prabowo untuk membuat kementerian sendiri yang terpisah dari Kementerian Pendidikan yang selama ini ada. Ini penting agar kebudayaan menjadi salah satu haluan dalam pembangunan nasional,” ujarnya.
Di forum pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Salvador da Bahia, Brasil, belum lama ini, Fadli Zon bersama sejawatnya, para Menteri Kebudayaan negara-negara G20, juga membahas pentingnya peran kebudayaan dalam pembangunan. The Power of Culture untuk kemajuan sebuah bangsa. Secara intensif, ia juga menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Kebudayaan India, Jerman, Korea Selatan, dan Afrika Selatan.
Budaya, lanjut Fadli Zon, harus bisa menjadi alat untuk diplomasi. Sebagai negara yang kaya akan budaya, hal ini harus dioptimalkan. “Budaya itu soft power, kekuatan budaya sebagai alat diplomasi amat penting. Produk-produk budaya itu dihasilkan dari hati. Dan apa yang dihasilkan dari hati itu akan menembus hati juga. Jadi akan lebih mudah diapresiasi dan diterima,” katanya.
Karena pentingnya kebudayaan, Fadli Zon juga fokus pada upaya pemeliharaan dan pelestarian budaya. “Mau tidak mau budaya juga harus ada sentuhan kekinian. Kita harus beradaptasi. Data, artefak, manuskrip, dan semua budaya kita harus didigitalkan, supaya bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia dan warga dunia,” ujarnya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Bambang Eros, Irfan Meidianto, dan Dandi Juniar dari VOI yang menemuinya di kantor Kementerian Kebudayaan di Jln. Jenderal Sudirman, Jakarta, belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.
Kementerian Kebudayaan adalah kementerian baru, pecahan dari Kemendikbudristekdikti. Apa tugas khusus dan roadmap dari Presiden Prabowo?
Kementerian Kebudayaan ini adalah komitmen dari Pak Prabowo untuk membuat kementerian sendiri yang terpisah dari Kementerian Pendidikan yang selama ini ada. Ini penting agar kebudayaan menjadi salah satu haluan dalam pembangunan nasional. Dan ini sebenarnya adalah amanat Pasal 22 UUD 1945, lalu UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, UU Cagar Budaya, UU Perfilman, dan lainnya. Melalui Kementerian Kebudayaan ini, pemerintah dapat memfasilitasi ekosistem budaya bagi para pelaku budaya.
Selain itu, ada juga upaya pelestarian dan perlindungan cagar budaya melalui museum kita. Kemudian diplomasi budaya, promosi budaya, dan pemanfaatan budaya melalui film, musik, seni pertunjukan, seni tradisi, hingga penganut kepercayaan. Kita juga akan membuat data pokok kebudayaan. Museum yang ada, baik yang di bawah kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, maupun yang diupayakan swasta, bisa naik kelas. Jumlahnya sekitar 500. Kita ingin menjadikan museum ini sebagai tempat literasi dan edukasi untuk masyarakat.
Bagaimana pembagian kerja dengan Anda dan Wakil Menteri Kebudayaan?
Kita bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim, termasuk Wakil Menteri, para Dirjen, dan seluruh jajaran untuk melaksanakan program yang ada.
Anda baru pulang dari pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Brasil. Apa hasil dari pertemuan itu?
Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 ini membahas betapa pentingnya kebudayaan dalam pembangunan, the power of culture. Selain itu, saya juga mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa Menteri Kebudayaan dari negara seperti India, Jerman, Korea Selatan, Brasil, dan Afrika Selatan terkait isu-isu yang berkaitan dengan Indonesia.
Dengan India, saya membicarakan soal repatriasi Prasasti Pucangan, prasasti penting dari era Raja Airlangga. Dengan Jerman, saya juga membahas repatriasi artefak-artefak kita yang disimpan di Museum Steinsburg, Jerman, termasuk fosil-fosil manusia purba Indonesia. Jika bisa direpatriasi, hal ini dapat melengkapi pengetahuan prasejarah Indonesia.
Saya juga berbicara dengan Menteri Kebudayaan Afrika Selatan, karena di sana terdapat banyak diaspora Indonesia. Di Cape Town, jumlah diaspora Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 2,7 juta orang. Mereka berasal dari era Syekh Yusuf, serta sebelum dan sesudahnya. Dengan Menteri Kebudayaan Korea Selatan, saya belajar tentang pop culture mereka yang berhasil menjelajahi berbagai belahan dunia dan mendominasi berbagai penjuru dunia.
Cukup banyak oleh-oleh yang bisa diimplementasikan di dalam negeri?
Ya, lumayan. Ini bagian dari networking dan diplomasi kebudayaan.
Indonesia memiliki keragaman budaya. Apa langkah konkret yang diambil Kementerian Kebudayaan untuk memastikan pelestarian budaya tradisional di era digital ini?
Mau tidak mau, budaya harus mendapat sentuhan kekinian. Kita harus beradaptasi. Data, artefak, manuskrip, dan semua budaya kita harus didigitalkan supaya bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia dan warga dunia. Digitalisasi koleksi museum dan cagar budaya perlu diseminasi kepada rakyat Indonesia, terutama generasi muda, generasi milenial, Gen Z, dan lainnya, agar mereka mengenal dan mengapresiasi budaya kita. Ini adalah bagian penting dari upaya mengenalkan kembali budaya Indonesia kepada generasi muda. Salah satu caranya adalah melalui digitalisasi materi budaya kita.
Selama ini seperti apa program digitalisasi ini?
Selama ini sudah ada, tetapi belum maksimal. Dengan adanya Kementerian Kebudayaan ini, kita ingin memaksimalkan upaya digitalisasi. Termasuk pendataan yang rapi agar mudah diakses publik. Upaya itu harus didiseminasi, disebarluaskan kepada publik. Ekspresi dan kekayaan budaya kita dari Sabang sampai Merauke harus terdokumentasi dan tersebar luas.
Dengan banyaknya kasus budaya Indonesia yang diklaim oleh negara lain, bagaimana Kementerian Kebudayaan memastikan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagi budaya lokal?
Ini menjadi salah satu pekerjaan rumah besar kami. Upaya dimulai dari pengumpulan data yang kuat, bahkan jika memungkinkan dengan indikator geografis untuk memberikan detail yang lebih akurat. Kami juga akan bekerja sama dengan Kementerian Hukum untuk mematenkan dan mendaftarkan kekayaan intelektual serta budaya kita.
Faktanya, di negara-negara tetangga seperti Malaysia, banyak diaspora Indonesia yang sebenarnya menjadi pelaku klaim tersebut. Mereka berasal dari Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan lainnya. Tantangan terbesar kita adalah memastikan apresiasi budaya di negeri sendiri lebih baik daripada apresiasi oleh pihak luar.
Apakah sudah ada daftar kekayaan budaya yang perlu dilindungi dengan hak paten?
Kami telah mendata lebih dari 2.200 warisan budaya tak benda. Dari jumlah tersebut, sekitar 13 sudah terdaftar di UNESCO, di antaranya keris, wayang, batik, noken, tari saman, tari Bali, jamu, gamelan, dan pencak silat.
Pada 2025, kami berencana mendaftarkan tiga budaya tambahan: reog, kebaya, dan kolintang. Kami berharap proses pendaftaran ini berjalan lancar sehingga dapat diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Budaya bisa menjadi alat diplomasi yang kuat. Apakah Kementerian Kebudayaan memiliki program untuk memperkenalkan budaya Indonesia secara global?
Budaya adalah soft power yang sangat efektif sebagai alat diplomasi. Produk budaya yang lahir dari hati mampu menyentuh hati orang lain, sehingga lebih mudah diapresiasi dan diterima.
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Saya telah mengunjungi sekitar 100 negara, dan tidak ada yang lebih kaya budaya seperti Indonesia. Negara kita bisa menjadi ibu kota kebudayaan dunia. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Tugas kami adalah memberitahu dunia tentang kekayaan budaya Indonesia karena budaya adalah salah satu national treasure kita.
Bagaimana budaya dapat divaluasi untuk menghasilkan manfaat ekonomi?
Kita harus membangun ekosistem yang mendukung budaya sebagai sektor produktif. Jika ekosistem ini terbentuk, budaya akan menyerap banyak tenaga kerja dan menggairahkan sektor pariwisata serta ekonomi kreatif. Budaya bukanlah cost center; justru, budaya dapat memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan nasional.
Banyak turis datang ke Indonesia karena tertarik pada budaya kita, selain keindahan alamnya. Oleh karena itu, sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait menjadi penting agar terbentuk ekosistem yang mendukung perkembangan budaya.
Apakah ada upaya untuk melindungi budaya yang ada di daerah terpencil dan tertinggal?
Kami memiliki program desa pemajuan kebudayaan dan desa budaya yang bertujuan melindungi dan memajukan budaya lokal. Peran aktif masyarakat sangat diharapkan dalam aktivitas ini, karena komunitas lokal menjadi ujung tombak pemajuan kebudayaan.
Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, perlu dilibatkan dalam upaya ini. Dengan kemajuan teknologi, mereka sering lebih mengenal budaya asing daripada budaya Indonesia, yang tentu menjadi tantangan besar bagi kita.
Apakah ada rencana untuk memperkenalkan kurikulum budaya yang lebih kuat di sekolah-sekolah atau universitas?
Karena sekolah berada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dan perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, kami akan menjalin sinergi lintas kementerian. Kolaborasi ini bertujuan menanamkan nilai pentingnya budaya kepada generasi muda, baik melalui pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.
VOIR éGALEMENT:
Bahasa dan aksara daerah kini semakin tergerus. Apa rencana Kementerian Kebudayaan untuk mendukung pelestarian bahasa dan aksara lokal di tengah perkembangan bahasa asing dan digital?
Ini juga menjadi perhatian penting, karena termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan. Manuskrip, aksara, dan bahasa daerah, khususnya di wilayah terpencil, kini terancam tergerus. Semua ini adalah bagian dari kekayaan budaya kita yang harus dilestarikan. Kami berencana bekerja sama dengan komunitas dan asosiasi yang memiliki kepedulian terhadap bidang ini.
Setelah beberapa pekan bertugas sebagai menteri, apa saja kendala yang ditemukan di lapangan?
Kendala pasti ada, terutama karena kami merupakan kementerian baru. Di internal, tantangan utama adalah penyusunan administrasi dan tata kelola organisasi. Sementara itu, kami juga sedang menyiapkan berbagai program kebudayaan. Untuk saat ini, kami mengoptimalkan apa yang telah ada.
Kami juga telah melakukan dengar pendapat dengan Komisi X DPR RI, berharap mereka menyetujui penganggaran yang cukup bagi Kementerian Kebudayaan. Kami optimis bahwa dengan dukungan dana yang lebih besar, misi kami untuk memajukan kebudayaan dapat terwujud lebih cepat. Jangan lupa, the power of culture itu sangat penting.
Dari rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, apakah sudah ada arahan terkait pengucuran dana yang lebih besar untuk Kementerian Kebudayaan?
Dalam rapat kerja pertama dengan Komisi X DPR RI, sebagai mitra kerja kami, mereka sangat mendukung dan menyambut baik keberadaan Kementerian Kebudayaan. Kami berharap dukungan ini terus berlanjut untuk memperkuat program-program kebudayaan.
Di era media sosial, apakah Kementerian Kebudayaan memiliki strategi untuk menggunakan platform digital dalam menyebarkan kebudayaan Indonesia?
Media sosial adalah salah satu sarana efektif untuk berkomunikasi dengan publik. Kami akan mengoptimalkan media sosial untuk memajukan kebudayaan dan menyosialisasikan berbagai program kementerian. Saat ini, sekitar 220 juta lebih masyarakat Indonesia menggunakan media sosial, sehingga platform ini sangat potensial untuk diseminasi produk-produk budaya, mempromosikan kegiatan, serta menjalin sinergi antar pihak.
Apakah akan menggandeng influencer?
Ya, itu salah satu strateginya. Terutama influencer yang memiliki basis massa besar. Selain itu, kami juga akan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan berbagai institusi untuk menyosialisasikan program Kementerian Kebudayaan.
Apa target utama yang ingin Anda capai selama menjabat, terutama terkait pelestarian, pemanfaatan, dan peningkatan apresiasi budaya Indonesia?
Target kami adalah seluruh rakyat Indonesia memiliki kebanggaan terhadap budaya nasional. Kami ingin menanamkan kecintaan pada budaya lokal sehingga menjadi kesadaran, gaya hidup, dan akhirnya membentuk karakter bangsa. Ini merupakan bagian dari Nation and Character Building atau upaya membangun identitas nasional.
Kami berharap program-program yang direncanakan dapat memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Sinergi dan kerja sama lintas sektor sangat penting, karena tugas ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kebudayaan saja.
Fadli Zon Ungkap Kedekatannya dengan Prabowo
Perkenalan dan kedekatan Fadli Zon dengan Prabowo Subianto diawali ketika ia diundang menjadi pembicara dalam diskusi di lembaga Center for Policy and Development Studies (CPDS). Prabowo merupakan salah satu pendiri lembaga ini. Sejak itu, Fadli sering diundang untuk diskusi, sarapan pagi, dan berbagai aktivitas lainnya.
Sebagai aktivis mahasiswa, Fadli Zon tak hanya berkutat dengan urusan kuliah, tetapi juga peduli dengan keadaan di sekitar kampusnya, Universitas Indonesia.
“Sebelum jadi mahasiswa, saya sudah memulai karier sebagai wartawan. Saat menjadi mahasiswa di tahun 1991, aktivitas sebagai wartawan dan penulis masih saya lakukan. Ini bagian dari upaya untuk membiayai diri sendiri,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 1 Juni 1971 ini.
Fadli beberapa kali memimpin demonstrasi mahasiswa UI. Dari pengalamannya sebagai aktivis mahasiswa, ia bahkan menulis buku tentang rekonstruksi gerakan mahasiswa di tahun 1990-an.
“Setelah tahun 1960-an dan 1970-an, serta setelah NKK dan BKK, gerakan mahasiswa itu seperti mati suri. Saya berusaha memancing polemik tentang gerakan mahasiswa di tahun 1990-an. Saat wacana itu bergulir, saya menjadi narasumber di berbagai tempat,” ujarnya.
Salah satunya ketika ia menjadi pembicara di lembaga studi yang didirikan oleh Prabowo, Center for Policy and Development Studies. “Saya diundang ke sana (CPDS), dan saya mengajak mahasiswa untuk berdiskusi tentang gerakan mahasiswa tahun 1990-an,” jelasnya.
Di lembaga itulah Fadli pertama kali berkenalan dengan Prabowo, yang kini menjadi orang nomor satu di republik ini. “Saat itulah saya pertama kali berkenalan dengan Pak Prabowo. Sejak itu, saya sering diundang untuk diskusi, sarapan pagi, dan sebagainya. Akhirnya, hubungan kami menjadi dekat,” ungkap Fadli Zon.
Terlibat dan Menjadi Eksekutif
Karena intens bertemu dan berdiskusi, Fadli Zon kemudian tak hanya menjadi tamu. Ia dipercaya menjadi salah satu direktur eksekutif di CPDS.
“Saya kemudian dipercaya menjadi Executive Director di CPDS. Saat itu, saya masih berstatus mahasiswa. Sampai beliau menjadi Komandan Grup 3 Kopassus, Wakil Komandan Kopassus, Komandan Kopassus, Danjen Kopassus, dan Sesko TNI, saya masih terlibat,” jelasnya.
Ketika Prabowo tinggal di Yordania dan Malaysia, Fadli tetap intens berkomunikasi dengannya. “Beberapa kali saya bertemu beliau di Yordania. Sampai enam atau tujuh kali saya ke sana membawa sejumlah tokoh untuk bertemu dengan Pak Prabowo,” ungkapnya. “Kalau saat Pak Prabowo di Malaysia, saya hampir setiap bulan datang menemui dia. Jadi, hubungan saya cukup dekat dengan beliau,” tambahnya.
Bagi Fadli, Prabowo adalah sosok dengan gagasan besar. “Saya lihat Pak Prabowo ini orang yang punya gagasan besar. Nasionalismenya tinggi, dan dia amat menghargai anak muda. Saat itu, saya masih mahasiswa,” ujarnya.
Saat intens berinteraksi, Fadli sudah menduga bahwa suatu saat Prabowo akan menjadi pemimpin besar. “Saya yakin Pak Prabowo itu punya misi, meskipun jalannya sangat terjal. Dia harus menghadapi beragam fitnah. Dari seorang yang rising star, lalu jatuh. Namun, dia bangkit lagi,” jelasnya.
Beberapa kali Prabowo kalah dalam pemilu, tetapi tetap bersemangat. “Dia kemudian membangun partai politik (Gerindra). Dalam kontestasi pilpres, dia berkali-kali kalah, namun dengan determinasi dan keinginan yang kuat untuk membangun Indonesia, dia tetap bertahan. Menurut saya, ini adalah jalan Tuhan jika akhirnya beliau mendapat mandat dari rakyat Indonesia untuk menjadi presiden,” ujar Fadli.
Yang Tak Berubah dari Prabowo
Satu hal yang menurut Fadli Zon tak pernah berubah dari sosok Prabowo adalah cita-citanya. “Yang tak berubah itu adalah cita-citanya untuk memajukan bangsa. Cita-citanya untuk menjadikan Indonesia ini kuat,” jelasnya.
Menurut Fadli, Prabowo menginginkan Indonesia menjadi kuat. “Indonesia itu harus menjadi macan Asia. Indonesia harus menjadi negara maju dengan kesejahteraan rakyat yang meningkat,” katanya.
Sesuai dengan cita-cita Prabowo, ia menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik. “Pak Prabowo ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat. Targetnya adalah pertumbuhan ekonomi mencapai 8%. Anak-anak bisa makan bergizi, bisa belajar di sekolah yang baik,” ujarnya.
Sementara itu, rakyat pada umumnya harus dapat mengakses layanan rumah sakit. “Dia ingin semua orang bisa mendapatkan akses layanan rumah sakit yang baik,” tambahnya. “Itulah cita-citanya sejak dulu,” jelas Fadli, sambil memuji cara Prabowo memperkuat hubungan antaranggota kabinet melalui acara khusus di Magelang.
Menurut Fadli, cita-cita Prabowo sejalan dengan para pendiri republik ini. “Terutama yang paling dekat adalah dengan cita-cita Bung Hatta. Menurut Bung Hatta, kita merdeka untuk mencapai kebahagiaan rakyat. Bagaimana rakyat cukup pangan, sandang, dan papan. Kalau sakit bisa ke rumah sakit. Saat tua ada jaminan hari tua. Jadi, hidup di Indonesia ini tidak sia-sia,” tegasnya.
Soal bagaimana rakyat bisa sejahtera, saat ini sedang diupayakan oleh Prabowo Subianto. “Dia selalu mengatakan bagaimana agar orang kecil bisa tersenyum,” tandas Fadli Zon.
"Budaya itu soft power, kekuatan budaya sebagai alat diplomasi amat penting. Produk-produk budaya dihasilkan dari hati. Apa yang dihasilkan dari hati akan menembus hati juga, sehingga lebih mudah diapresiasi dan diterima,"