JAKARTA – Sejak insiden ledakan Tesla Cybertruck di depan Hotel Trump International di Las Vegas awal Januari tahun ini, kiprah Tesla di AS terus menjadi sorotan.

Terbaru, pemilik Tesla dilaporkan semakin banyak yang melakukan trade-in (tukar tambah) kendaraan mereka, diduga kuat dipicu kiprah politik Elon Musk yang semakin kontroversial. Data terbaru menunjukkan lonjakan signifikan dalam jumlah Tesla yang ditukarkan dengan mobil merek lain.

Mengutip Carscoops, 24 Maret, mengacu laporan Reuters yang meneruskan data dari Edmunds, kendaraan Tesla keluaran tahun 2017 atau yang lebih baru menyumbang 1,4 persen dari total kendaraan yang ditukarkan hingga 15 Maret. Angka ini melonjak drastis dari hanya 0,4 persen pada tahun lalu, menandakan peningkatan yang luar biasa.

Sementara CNBC mencatat bahwa ini adalah rekor tertinggi trade-in Tesla ke merek lain. Berbagai faktor diduga menjadi penyebabnya, termasuk munculnya pesaing baru di pasar kendaraan listrik (EV). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kedekatan Musk dengan Presiden Trump dan perannya sebagai pemimpin de facto Departemen Efisiensi Pemerintah juga memainkan peran penting.

Penyanyi Sheryl Crow, misalnya, secara terbuka menyatakan telah meninggalkan Tesla-nya, dengan mengatakan, "Ada saatnya Anda harus memutuskan dengan siapa Anda bersedia berpihak."

Selain itu, meningkatnya serangan teror terhadap dealer Tesla akhir-akhir juga menjadi sorotan. Jaksa Agung AS, Pamela Bondi, baru-baru ini memperingatkan bahwa "Jika Anda bergabung dengan gelombang terorisme domestik terhadap properti Tesla, Departemen Kehakiman akan memenjarakan Anda." 

Pemilik Tesla juga menjadi sasaran kebencian, dengan banyak yang melaporkan dilecehkan secara verbal dan bahkan menjadi korban vandalisme, mulai dari penggoresan hingga pembakaran kendaraan.

Terlepas dari penyebabnya, Jessica Caldwell dari Edmunds menyatakan bahwa perubahan sentimen konsumen terhadap Tesla dapat menciptakan peluang bagi produsen mobil konvensional dan startup EV untuk mendapatkan pangsa pasar. 

"Pada dasarnya, mereka yang kecewa dengan Musk dapat mengganti EV mereka dengan model dari pesaing – yang mungkin menjadi kabar baik bagi yang terakhir, tetapi jelas tidak bagi Tesla yang sedang mengalami penurunan penjualan," ujarnya.

Lonjakan ini menjadi sinyal penting bagi industri otomotif, menunjukkan bahwa sentimen politik dan reputasi pribadi seorang pemimpin perusahaan dapat berdampak signifikan pada preferensi konsumen. Hal ini juga memperkuat persaingan di pasar EV, dengan semakin banyaknya pilihan bagi konsumen yang mencari alternatif selain Tesla.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)