JAKARTA - Seorang turis Amerika Serikat ditangkap setelah diduga melakukan perjalanan ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala dan mencoba menghubungi salah satu suku paling terisolasi di dunia.
Mykhailo Viktorovych Polyakov (24) melakukan perjalanan ilegal ke Pulau Sentinel Utara, rumah bagi suku Sentinel yang misterius, pada 29 Maret, kata polisi India kepada CNN, seperti dikutip 10 April.
Pulau Sentinel Utara adalah daratan yang kira-kira seukuran Manhattan di Kepulauan Andaman dan Nicobar, sekitar 750 mil dari daratan India.
Mengunjungi pulau tersebut dilarang oleh hukum India untuk mempertahankan cara hidup suku Sentinel dan melindungi mereka dari penyakit modern, yang tidak dapat mereka cegah.
Meskipun Polyakov berhasil mencapai pulau tersebut, ia tampaknya tidak melakukan kontak dengan suku Sentinel, kata Jitendra Kumar Meena, kepala Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Andaman dan Nicobar.
Ia ditemukan oleh seorang nelayan setempat dalam perjalanan pulang dan ditangkap dua hari kemudian, kata Meena. Polisi menyita perahu karet dan motor dari Polyakov. Ia belum didakwa atas pelanggaran apa pun.
Sementara itu, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan "kami mengetahui laporan penahanan seorang warga negara AS di India" dalam sebuah pernyataan, tetapi tidak dapat berkomentar lebih lanjut tentang kasus tersebut. Tidak jelas apakah Polyakov telah menyewa pengacara.
Diketahui, Suku Sentinel hanya melakukan kontak dengan dunia modern beberapa kali dan dikenal sangat menolak orang luar. Karena suku Sentinel sangat tertutup, sulit untuk mengetahui berapa jumlah populasinya - perkiraannya berkisar antara puluhan hingga ratusan.
Pertemuan sebelumnya dengan suku tersebut terbukti berakibat fatal. Pada tahun 2018, misionaris Amerika John Allen Chau dilaporkan dibunuh oleh penduduk suku tersebut setelah ia tiba di Pulau Sentinel Utara, dengan harapan untuk mengubah penduduk setempat menjadi Kristen.
Polyakov "beruntung ia tidak melakukan kontak, jika tidak ia akan mengalami nasib yang sama," kata Meena.
Polyakov merencanakan perjalanannya jauh-jauh hari, mengunjungi kepulauan Andaman dua kali sebelum melakukan perjalanan ke Sentinel Utara pada kunjungan ketiganya, diduga berangkat dari sebuah pantai sekitar 25 mil jauhnya di Andaman Selatan, kata Meena.
"Sesuai dengan apa yang telah diungkapkannya dalam penyelidikan sejauh ini, ia mengatakan gemar berpetualang. Ia mengatakan telah meninggalkan beberapa botol minuman ringan di sana untuk suku tersebut, tetapi sejauh ini kami belum menemukan apa pun," kata Meena.
Polisi telah menyita telepon genggam dan GoPro milik Polyakov, serta sebotol pasir yang diduga dikumpulkannya dari pulau tersebut.
Tim investigasi khusus tengah melakukan pencarian di pulau tersebut dari jauh, menggunakan perahu dengan menggunakan teropong, meskipun perairan berombak dalam beberapa hari terakhir, kata Meena.
Sementara itu, Caroline Pearce, Direktur Survival International, sebuah lembaga nirlaba yang didedikasikan untuk melindungi kelompok suku terpencil, menyebut dugaan tindakan Polyakov sebagai "ceroboh dan bodoh."
"Tindakan orang ini tidak hanya membahayakan nyawanya sendiri, tetapi juga membahayakan nyawa seluruh suku Sentinel," kata Pearce dalam sebuah pernyataan.
SEE ALSO:
"Sudah diketahui umum sekarang bahwa masyarakat yang tidak memiliki kontak dengan orang lain tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit umum dari luar seperti flu atau campak, yang dapat memusnahkan mereka sepenuhnya," tambahnya.
Diketahui, ada lebih dari 100 suku yang tidak terkontak di seluruh dunia, terutama di hutan hujan Amazon. Tetapi, Suku Sentinel adalah "masyarakat Pribumi yang paling terisolasi di dunia," menurut Survival International.
Suku Sentinel berburu di hutan hujan dan memancing di perairan pantai menggunakan tombak, busur dan anak panah, serta kano cadik sempit buatan sendiri, menurut Survival International. Mereka diperkirakan hidup dalam tiga kelompok di gubuk komunal besar dan tempat perlindungan yang lebih informal di pantai.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)