JAKARTA - Presiden Donald Trump membuat pengumuman mengejutkan pada Hari Senin, Amerika Serikat dan Iran siap untuk memulai perundingan langsung mengenai program nuklir Teheran, namun diplomat utama Teheran mengatakan perundingan di Oman digelar secara tidak langsung.

Iran diketahui menolak tuntutan Trump dalam beberapa minggu terakhir agar mereka berunding langsung mengenai program nuklirnya atau dibom.

Presiden Trump mengeluarkan peringatan keras, jika perundingan tidak berhasil, "Iran akan berada dalam bahaya besar."

"Kami sedang melakukan perundingan langsung dengan Iran, dan mereka telah memulainya. Itu akan berlangsung pada Hari Sabtu. Kami memiliki pertemuan yang sangat besar, dan kita akan lihat apa yang bisa terjadi," kata Presiden Trump kepada wartawan di Ruang Oval selama pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung, melansir Reuters 8 April.

"Dan saya pikir semua orang setuju bahwa melakukan kesepakatan akan lebih baik," tambahnya.

Presiden Trump mengatakan, pembicaraan Hari Sabtu dengan Iran akan berlangsung pada tingkat yang sangat tinggi, tanpa merinci lebih lanjut.

Namun, Ia menolak mengatakan di mana pembicaraan akan berlangsung tetapi menyatakan kemungkinan bahwa kesepakatan dapat dicapai.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dalam unggahan di media sosial X menuliskan, pembicaraan tingkat tinggi tidak langsung akan diadakan di Oman, seraya menambahkan,

"Ini merupakan kesempatan sekaligus ujian. Bola ada di tangan Amerika," cuitnya.

Pada Hari Selasa, media pemerintah Iran mengatakan pembicaraan akan dipimpin oleh Menlu Araqchi dan Utusan Presiden AS Steve Witkoff, dengan perantara Menteri Luar Negeri Oman Badr al-Busaidi.

AS dan Iran diketahui mengadakan pembicaraan tidak langsung selama masa jabatan mantan Presiden Joe Biden tetapi mereka membuat sedikit atau tidak ada kemajuan. Negosiasi langsung terakhir yang diketahui antara kedua pemerintah adalah di bawah Presiden Barack Obama saat itu, yang mempelopori kesepakatan nuklir internasional 2015 yang kemudian ditinggalkan Trump.

Peringatan Presiden Trump tentang aksi militer terhadap Iran telah mengguncang suasana tegang di Timur Tengah setelah perang terbuka di Gaza dan Lebanon, serangan militer di Yaman, perubahan kepemimpinan di Suriah, dan baku tembak antara Israel dan Iran.

Presiden Trump, yang telah meningkatkan kehadiran militer AS di wilayah tersebut sejak menjabat pada bulan Januari, mengatakan Ia lebih memilih kesepakatan mengenai program nuklir Iran daripada konfrontasi bersenjata dan pada tanggal 7 Maret mengatakan telah menulis surat kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk menyarankan perundingan.

Pejabat Iran mengatakan pada saat itu, Teheran tidak akan diintimidasi untuk berunding.

"Iran tidak dapat memiliki senjata nuklir dan jika perundingan tidak berhasil, saya benar-benar berpikir itu akan menjadi hari yang sangat buruk bagi Iran," kata Presiden Trump di Ruang Oval pada Hari Senin.

Perundingan langsung tidak akan terjadi tanpa persetujuan tegas dari Khamenei, yang pada Bulan Februari mengatakan perundingan dengan AS "tidak cerdas, bijaksana, atau terhormat."

Beberapa jam sebelum pengumuman Presiden Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei mengatakan Iran tengah menunggu tanggapan AS atas usulan Teheran untuk negosiasi tidak langsung.

Ia mengatakan Teheran pihaknya telah memberikan tawaran yang murah hati, bertanggung jawab, dan terhormat.

Setelah Presiden Trump berbicara, seorang pejabat senior Iran, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters: "Pembicaraan itu tidak akan langsung Pembicaraan itu akan dilakukan dengan mediasi Oman."

Oman, yang menjaga hubungan baik dengan AS dan Iran, telah lama menjadi saluran pesan antara kedua negara yang bertikai itu.

Pejabat lainnya di Teheran yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan akhir pekan lalu, kemungkinan ada waktu sekitar dua bulan untuk mencapai kesepakatan, dengan alasan kekhawatiran musuh lama Iran, Israel, mungkin akan melancarkan serangannya sendiri jika pembicaraan berlangsung lebih lama.

Diketahui, selama masa jabatan pertamanya pada 2017-2021, Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang dirancang untuk mengekang pekerjaan nuklir Iran yang sensitif dengan imbalan keringanan sanksi. ia juga memberlakukan kembali sanksi AS yang luas. Sejak saat itu, Iran telah jauh melampaui batas kesepakatan itu pada pengayaan uranium.

Negara-negara Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan memperkaya uranium ke tingkat kemurnian fisil yang tinggi, di atas apa yang mereka katakan dapat dibenarkan untuk program energi atom sipil. Namun, Teheran mengatakan program nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan energi sipil.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)