JAKARTA - Ayah mayat bayi yang diduga tertukar di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, Jakarta Pusat melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Kamis, 12 Desember.

Perwakilan orang tua bayi, Angel mengatakan, KPAI diminta untuk meninjau isi perjanjian yang telah ditandatangani oleh ayah si bayi tersebut.

Pasalnya, dalam surat perjanjian itu kata Angel, disebutkan pihak ayah bayi tidak boleh melakukan tindakan hukum kepada pihak RS apapun hasil dari tes DNA.

"Perjanjian itu kan hanya sampai, hanya isinya begini. Apapun hasil tes DNA, entah positif atau negatif, si ayah korban tidak boleh melakukan tindakan hukum. Apapun, akan diselesaikan secara kekeluargaan. Makanya aku minta tolong sama KPAI, tinjau ulang itu perjanjian," ujarnya.

Menurut Angel, pihak RS sudah melanggar perjanjian yang sudah disepakati. Pada perjanjian itu, lanjut Angel, pihak RS akan menanggung seluruh biaya tes DNA.

Namun, dalam prakteknya, pihak RS meminta perusahaan tempat ayah bayi bekerja terlebih dahulu yang membiayai tes DNA.

Setelah itu, baru pihak RS akan mengganti biaya tes DNA yang dikeluarkan perusahaan tempat si ayah bayi bekerja.

"Nah, jadi ternyata yang bayar itu disuruh perusahaan dulu yang bayar, nanti diganti oleh rumah sakit," ucapnya.

Atas dasar itu kata Angel, KPAI akan memanggil pihak RS untuk menjelaskan hal tersebut.

Sebelumnya, RSIJ Cempaka Putih melalui akun Instagram @rsijcempakaputih, memberi klarifikasi atas kasus tertukarnya anak bayi yang baru dilahirkan pasiennya.

Dalam rekaman video tersebut, pihak RSIJ Cempaka Putih bersedia untuk memberikan fasilitas kepada pasutri tersebut untuk mengungkap bayi yang meninggal apakah darah daging pasutri atau bukan.

"Kami dari RS Islam Jakarta Cempaka Putih akan memfasilitasi proses pemeriksaan DNA untuk menguak kebenaran," kata Dirut RSIJ Cempaka Putih, Pradono dalam keterangannya di dalam unggahan video, Selasa, 10 Desember.

Selain itu, Pradono menyebut jika pihaknya akan menanggung seluruh biaya proses tersebut.

"Kami akan menanggung biaya yang diperlukan di laboratorium yang dipilih oleh pak Rauf dan Bu Feni. Semoga hal ini menjadi jalan kebaikan untuk kita semua," ucapnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)