JOMBANG - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mendadak berkunjung ke Pondok Pesantren Majma'al Bachroin Chubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah atau Ponpes Shiddiqiyyah Ploso, Jombang.
Muhadjir melihat melihat langsung kegiatan belajar dan sistem pembelajaran di pondok itu.
Muhadjir pun mengagumi konsep pendidikan cinta tanah air yang ditanamkan sejak dini di pondok tersebut. Ponpes yang sempat diberitakan ramai dalam dugaan pidana asusila yang menimpa anak pengasuh, yakni Moch Subechi Azal Tsani (MSAT) alias Bechi.
"Alhamdullillah sudah lancar, dan proses kegiatan belajar mengajarnya juga sudah baik seperti sediakala," kata Muhadjir, Selasa, 13 September.
Muhadjir bertemu pimpinan pondok sekaligus Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah Al Mukarrom Kyai Moch. Muchtar Mu'thi alias Kyai Tar didampingi istri Shofwatul Ummah serta pengurus Ponpes. Menteri Muhadjir saat itu juga menerima cindera mata buku berjudul: "Jati Diri Bangsa karya dari Kyai Tar".
Tidak hanya itu, Muhadjir juga sempat berfoto bersama dengan anak-anak Mas Bechi yang kini harus berjauhan dengan ayahnya akibat kasus pidana yang diduga sarat rekayasa tersebut. Secara kebapakan tampak kehadiran Muhadjir memberikan spirit besar bagi warga Ponpes Shiddiqiyyah, khususnya keluarga Mas Bechi.
Ketika melihat monumen Santri di area pondok, Muhadjir terlihat takjub.
"Presiden begitu mencanangkan Hari Santri, lalu disini langsung direspons ada monumennya, ini kan luar biasa. Mungkin ini jangan-jangan baru disini ada monumen santrinya," ujarnya.
Seperti yang berkembang selama ini, kasus Bechi yang merupakan putra tunggal Kyai Moch. Muchtar Mu'thi dari istri bernama Shofwatul Ummah itu, masih memasuki pemeriksaan saksi di PN Surabaya. Sidang yang seharusnya di PN Jombang digeser ke PN Surabaya karena alasan keamanan.
Polemik muncul karena usai penggerebekan aparat kepolisian ke Ponpes tersebut, ada upaya penggembosan Ponpes melibatkan lintas stakeholder. Namun Ponpes yang pernah dikunjungi Jokowi tersebut akhirnya dipulihkan izinnya seperti sedia kala.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)