JAKARTA - Lembaga Survey and Polling Indonesia (SPIN) merilis hasil survei terkait sosok cawapres yang cocok mendampingi capres dengan elektabilitas tertinggi. Hasilnya, jika Prabowo Subianto kembali maju sebagai Capres di 2024 nanti maka cawapres pilihan Jokowi merupakan sosok paling pas mendampingi menurut publik.
Direktur SPIN Igor Dirgantara, mengatakan survei mencoba mencari tahu siapa sosok tokoh yang pantas menjadi calon wakil presiden yang mendampingi Prabowo. sebagian besar atau 36 persen publik menjawab tidak tahu/tidak jawab. Namun, peringkat pertama justru cawapres pilihan Jokowi dianggap paling cocok oleh publik.
"Ini menarik, jadi kalau Prabowo maju lagi menjadi capres di 2024, ternyata yang menduduki peringkat pertama, 17,8 persen itu adalah pilihan Jokowi. Dengan kata lain sebagian publik menilai agar Prabowo meminta kepada Jokowi siapa calon wakil presiden yang pantas mendampinginya," ujar Igor dalam paparan survei bertajuk 'Dukungan Pemilih Jokowi Menguat, Prabowo Adalah Pemersatu' secara daring, Jumat, 8 Juli.
Di posisi kedua dan ketiga cawapres yang pantas mendampingi Prabowo, menurut publik ditempati oleh Ganjar dan Puan yang terpaut 0,6 persen saja. "10,9 persen memilih Prabowo berpasangan dengan Ganjar, lalu ketiga dengan Puan 10,3 persen," jelas Igor.
Kemudian, ada Khofifah Parawansa dengan 9,9 persen, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin 7,2 persen, Erick Tohir 3,4 persen, Sandiaga Uno 2,3 persen, dan Wahyu Trenggono, 2,2 persen.
"Jadi sekali lagi menarik, ternyata publik ingin cawapres Prabowo ditentukan oleh Jokowi jika maju lagi di 2024," kata Igor.
Igor lantas mengungkap alasan publik ingin Jokowi memilihkan cawapres untuk ketum Gerindra itu. Pertama, publik mengapreasi bergabungnya Prabowo ke pemerintahan Jokowi.
"Karena kalau kita lihat di Pilpres Amerika Serikat sampai sekarang Donald Trump tidak mau mengakui kemenangan Joe Biden, beda dengan kondisi di Indonesia," ungkapnya.
Kedua, sebagai Menhan kinerja Prabowo dianggap juara atau nomor satu. Misalnya, modernisasi alutsista, Komcad lalu kerjasama dengan UEA, dan membawa BUMN seperti PT Dirgantara PT Pindad. Hal itu, kata Igor, mampu memperluas lapangan kerja.
"Sesuatu yang dibutuhkan gen Z dan gen Y adalah menciptakan lapangan kerja pemimpin masa depan yang bagus itu bisa menciptakan lapangan kerja," jelasnya.
Kemudian, ada migrasi pemilih Jokowi kepada Prabowo. Serta elektabilitas Prabowo yang cukup bagus tanpa pencitraan pasang baliho dan punya partai pengusung yang solid seperti Gerindra.
"Tinggal mengarah ke koalisi saja. Lalu sentimen di medsos juga positif, berita Prabowo yang positif lebih banyak ketimbang negatifnya daripada pemilu sebelumnya," lanjut Igor.
Baca juga:
- Ditembak Pria Bersenjata dari Belakang saat Berpidato, Mantan PM Jepang Shinzo Abe Dilarikan ke Rumah Sakit
- Penuhi Panggilan Bareskrim, Eks Presiden ACT Irit Bicara
- 321 Orang Simpatisan Anak Kiai Jombang MSAT Ditangkap, 5 Orang Ditetapkan Jadi Tersangka
- Rintangi Penyidikan, Simpatisan MSAT Alias Mas Bechi Tersangka Pencabulan Santriwati Jombang Dijerat UU TPKS, Terancam 5 Tahun Penjara
Sementara, variabel pertanyaan yang sama juga ditujukan jika Ganjar sebagai calon presiden. Hasilnya sebagian besar publik 40,2 persen masih menjawab tidak tahu/tidak jawab. Namun bagi yang menjawab, ada 20,9 persen yang menilai pasangan Ganjar agar dipilih Megawati dan pilihan Jokowi 9,2 persen.
"Sementara ada 8,7 persen yang menilai Airlangga pantas mendampingi Ganjar. Erick menjadi pilihan berikut dengan 7,1 persen. Sedangkan dengan Anies dan Prabowo hanya memeroleh masing-masing 5,6 persen dan 3,2 persen saja," katanya.
Pertanyaan yang sama juga diajukan ke publik dengan Anies sebagai capresnya. Sebagian besar atau 42,8 persen masih menyatakan tidak tahu/tidak jawab siapa yang pantas menjadi cawapres Anies.
"Bagi yang dapat menjawab sebagian kecil atau 19,9 persen melihat AHY pantas mendampingi Anies. Kemudian disusul berturut-turut Sandiaga 14,3 persen, Puan 7,1 persen, Ganjar 6,8 persen, Erick 5,2 persen, dan Airlangga 3,9 persen. Anies-AHY dan Anies-Sandi dilihat publik hingga kini masih dalam polar yang sama," pungkas Igor Dirgantara.
Survei SPIN dilakukan pada 25 Juni-5 Juli 2022 dengan 1.230 responden yang tersebar di 34 provinsi Indonesia.
Pengambilan sampel secara acak atau multi-stage random sampling dengan margin of error +/- 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)