JAKARTA - Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto mengatakan keributan yang terjadi antara anak Amien Rais yang juga kader partainya, Mumtaz Rais dan Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango saat keduanya menumpang pesawat Garuda Indonesia GA64 tak perlu diperpanjang lagi.

Sebab, berdasarkan klarifikasi Mumtaz dan rombongannya yang diterima Yandri, masalah tersebut sudah selesai saat penerbangan berlangsung. Menurutnya, saat itu semua pihak sudah memahami dan saling memaafkan. 

Hanya saja, ketika tahu Nawawi melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib, Yandri mengaku kaget.

"Kita juga kaget ketika pihak Garuda atau Pak Nawawi melaporkan itu,  esensinya apa sih? sebenarnya menurut saya tidak perlu diperpanjang," kata Yandri kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 14 Agustus.

Dia mengatakan pihaknya akan berusaha melakukan mediasi dengan pihak Garuda Indonesia agar insiden tersebut tidak diperpanjang. Namun, jika proses hukumnya telah berjalan, Yandri menegaskan anak Amien Rais itu akan siap mengikutinya.

"Ini sedang kita coba mediasi dengan pihak Garuda. Intinya kalau itu memang diproses Mumtaz sebagai warga negara yang baik pasti akan mengikuti proses," ungkapnya sambil meminta agar Mumtaz bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini.

"Kita juga minta Mumtaz untuk ambil pelajaran dari peristiwa ini jangan sampai salah persepsi lagi dan terjadi lagi di waktu yang lain," tegasnya.

Lebih lanjut, Yandri kemudian menjelaskan kronologi kejadian yang diketahuinya. Menurutnya, saat itu Mumtaz memang menghidupkan telepon genggamnya. 

Namun Ketua Komisi VIII DPR RI itu berdalih, pengangktifan telepon selular itu dilakukan ketika pesawat sudah berhenti dan penumpang keluar bagi mereka yang melakukan transit ke Makassar. "Memang kejadian seperti itu tapi Mumtaz ini menghidupkan handphone ketika pesawat sudah berhenti dan penumpang semua sudah keluar dan yang transit di Makassar tidak keluar," ujarnya.

Lagipula, saat itu belum ada pengumuman dari pihak pramugari yang memerintahkan untuk mematikan telepon selular. Selain itu, penumpang yang naik dari Makassar juga belum masuk. Sehingga, apa yang dilakukan Mumtaz dianggap hal yang biasa.

"Saya kira itu sering terjadi di pesawat karena pemahaman penumpang berbeda, maunya kru kabin juga beda," pungkasnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)