JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak krisis keuangan Asia 1998 karena kekhawatiran yang meningkat atas kondisi fiskal.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari Selasa, 25 Maret pukul 9.41 WIB, Kurs rupiah spot sempat melemah ke level Rp16.641 per dolar AS.

Meski demikian rupiah spot ditutup turun 0,27 persen menjadi Rp 16.612 per dolar AS. Sementara di Jisdor melemah 0,36 persen menjadi Rp 16.622 per dolar AS.

"Rupiah terus melemah terhadap dolar jelang libur panjang Idulfitri tahun ini. Rupiah tengah melemah 0,33 persen di posisi Rp16.604 per dolar. Pelemahan rupiah kali ini mendekati level terendah sejak krisis finansial Asia tahun 1998," ujar Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin kepada VOI, 25 Maret.

Dalam jangka pendek, Nanang menyampaikan nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap berfluktuasi di atas level Rp16.000 per dolar AS. Meskipun cadangan devisa meningkat, tekanan terhadap nilai tukar kemungkinan masih akan berlangsung, terutama akibat penguatan dolar AS.

Nanang menyampaikan penggerak pelemahan rupiah tidak lepas karena penguatan dolar AS, ketika kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, telah menambah ketidakpastian global, mempengaruhi negara-negara mitra dagang utama, termasuk Indonesia.

Sementara itu kondisi dari dalam negeri, dirinya menyampaikan turut mempertimbangkan kondisi ekonomi Indonesia terkait lemahnya daya beli masyarakat, kepercayaan konsumen dan penurunan kelas menengah, telah pengaruhi nilai tukar rupiah.

"Sebagaimana kita ketahui pekan lalu, BI telah menahan suku bunga acuan pada level 5,75 persen untuk mendukung stabilitas rupiah. Namun ruang pelonggaran masih terbuka, dengan pertimbangan kondisi global," jelasnya.

Nanang menyampaikan dengan pencapaian pelemahan terendahnya sejak 26 tahun lalu, tidak menutup kemungkinan BI akan monitoring dan aktif untuk melakukan intervensi di pasar balas untuk menstabilkan rupiah.

Selain itu, OJK telah mengizinkan perusahaan untuk melakukan pembelian saham kembali tanpa persetujuan pemegang saham guna mengurangi volatilitas pasar.

Menurutnya, pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya penguatan dolar AS akibat kecemasan terhadap kebijakan pemberlakuan tarif pada 2 April mendatang, lemahnya daya beli domestik, serta aktor geopolitik dan fluktuasi harga komoditas global juga turut berperan dalam perubahan nilai tukar tersebut.

"Dengan kondisi rupiah yang berada saat ini memberi dampak negatif dan positif. Inflasi yang meningkat karena lemahnya rupiah membuat harga barang impor akan naik, terutama kebutuhan bahan baku dan barang konsumsi," tuturnya.

Ini pun berimbas pada biaya produksi bagi industri yang bergantung pada impor meningkat, yang berpotensi naiknya harga barang di dalam negeri," imbuhnya.

Nanang menyampaikan bahwa lemahnya rupiah berdampak pada utang luar negeri (LN), di mana Indonesia perlu menyiapkan lebih banyak rupiah untuk membayar tanggungan utang tersebut hal ini dapat menjadi beban anggaran negara dan memperlambat ekspansi di kalangan perusahaan yang memiliki pinjaman dalam valuta asing.

"Munculnya ketidakstabilan pasar keuangan. Investor asing cenderung menarik modal dari Indonesia saat rupiah melemah, terutama dari pasar saham dan obligasi. Hal ini bisa meningkatkan volatilitas di pasar keuangan dan memperburuk sentimen investasi," ucapnya.

Namun di balik dampak negatif tersebut, Nanang menyampaikan ada sisi positifnya yaitu lemahnya rupiah membuat produk ekspor Indonesia lebih murah di pasar global, yang dapat meningkatkan daya saing produk lokal sehingga mendorong industri dalam negeri untuk lebih mengutamakan penggunaan bahan baku lokal, mengurangi ketergantungan pada impor.

"Meningkatnya daya tarik wisatawan asing di sektor-sektor pariwisata karena pelemahan rupiah terhadap mata uang terkait," ujarnya.

Meski begitu, Nanang melihat potensi pelemahan rupiah masih terbuka, mengingat kebijakan moneter The Fed yang masih mempertahankan suku bunga tinggi dan ketegangan perang tarif, ditambah dengan faktor-faktor geopolitik yang belum teratasi.

"Rupiah akan diperdagangkan pada rentang terdekat di Rp16.000 - Rp16.700, dengan tidak menutup kemungkinan dekati Rp16.800. Ruang intervensi bisa dilakukan BI bila mendekati area terendah tersebut. Untuk periode tahunan rupiah diperkirakan akan berada pada Rp15.700 - Rp16.700," tegasnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)