Cerita Anelka Anelka Pernah Di-Bully di Madrid dalam Dokumenter Anelka: Misunderstood Tidak Berimbang
JAKARTA - Nicolas Anelka membeberkan pengalaman pahitnya ketika membela Real Madrid pada musim 1999-2000 dalam film dokumenter Netflix berjudul Anelka: Misunderstood yang tayang sejak 5 Agustus kemarin. Namun, blak-blakannya Anelka tidak diimbangi dengan klarifikasi mantan rekan setim maupun pelatihnya di ibu kota Spanyol.
Penampilan Anelka di Arsenal membuat Real Madrid memboyongnya pada tahun 1999. Nilai transfernya terbilang besar saat itu, yakni 22 poundsterling atau sekitar Rp421 miliar.
Di Santiago Bernabeu, Anelka memikul beban berat dan dituntut tampil gemilang. Tapi apa lacur, di hari pertama latihan bersama Los Merengues, ia diperlakukan bak pemain yang tak dianggap rekan-rekan setimnya. Demikian Anelka bercerita dalam Misunderstood.
Anelka mengaku dirundung. Tak ada pemain yang mengizinkannya duduk di ruang ganti. Ia juga mengungkap, pernah diusir dari ruang ganti sebanyak 20 kali.
SEE ALSO:
Lima bulan pertama sejak kedatangannya dari London, Anelka tak mampu mencetak satu gol pun sehingga terus mendapat tekanan dari media.
Perlahan kesempatan itu datang. Anelka tampil gemilang saat Madrid tampil di Piala Dunia Antarklub di Brasil. Ia mencetak gol dalam partai pembuka melawan Al-Nassr pada 5 Januari 2000. Berselang dua hari, dia mencetak brace melawan Corinthians di ajang yang sama.
Setelah mencetak gol pertamanya di La Liga dalam laga El Clasico melawan Barcelona pada 20 Februari 2000, penampilan Anelka biasa-biasa saja saat melawan Mallorca. Pelatih Vicente Del Bosque pun tidak memainkannya lagi.
"Suatu hari, aku datang untuk latihan dan berkata, 'Kita harus bicara,'" kata Anelka dalam satu adegan dalam Anelka: Misunderstood.
Tapi para petinggi Real Madrid menolak dengan menjawab; "Setelah latihan saja".
Mereka bersikeras, "Tidak, setelah latihan."
Madrid menanggapi keinginan Anelka secara negatif. Kira-kira seperti ini; "Kalau sikapmu buruk. Maka giliranku untuk bersikap buruk."
"Akhirnya aku berperang, padahal aku hanya ingin bicara," kisah Anelka.
Pemain Prancis itu menolak berlatih yang membuatnya dipanggil pimpinan Los Blancos. Presiden Lorenzo Sanz bilang: "Sebaiknya kau latihan besok."
"Kita lihat saja besok," jawab Anelka.
Ternyata Anelka tidak hadir di komplek pelatihan Ciudad Deportivo. Dia malah menerima wawancara televisi Prancis dan bermain bola di halaman rumahnya.
Lorenza Sanz dan Del Bosque berang. Anelka didenda 350 ribu euro dan diskors 45 hari. Dia lantas pulang ke Prancis menemui keluarga, teman, dan bersenang-senang di sana.
Kisah ini membuat kita mengernyit. Betapa kejamnya Real Madrid terhadap Anelka yang sebelum pindah ke ibu kota Spanyol mengatakan: "Saya pindah ke Madrid bukan karena uang. Jumlah gelar Liga Champions mereka adalah alasan utama saya." Saat itu Madrid sudah mengoleksi tujuh trofi kompetisi bergengsi Benua Biru.
Tak Ada Pernyataan dari Pihak Real Madrid
Sayangnya, tidak satu pun pihak Real Madrid yang menjadi narasumber dalam dokumenter ini untuk mengklarifikasi kisah Anelka. Jadi, terkesan tidak berimbang.
Padahal, ketika Anelka menceritakan pengalaman pahit dan manis di Paris Saint-Germain, Arsenal, Liverpool, Manchester City, Bolton Wanderers, Chelsea, Fenerbahce atau bahkan di timnas Prancis, mantan rekan setim atau pelatih seperti Thierry Henry, Didier Drogba, Robert Pires, Emmanuel Petit, Paul Pogba, Arsene Wenger memberi kedalaman cerita yang disampaikannya.
Apa karena film ini diproduseri orang-orang Prancis sehingga tidak menampilkan narasumber di luar Prancis? Jika itu alasannya. Bisa dipahami mengapa mereka tidak mengundang dua pelatih Anelka di Madrid: John Toshack (Wales) dan Del Bosque (Spanyol) dalam film ini. Tapi, bukankah saat Anelka bermain di Madrid ada gelandang asal Prancis, Christian Karembeu?
Selain menjadi rekan satu tim Anelka di Los Blancos, Karembeu juga masuk skuat Prancis 1998 sehingga bisa dipastikan ia tahu apa yang terjadi dengan Anelka - saat merasa di-bully di Madrid dan ketika tidak dipanggil Aime Jacquet ke Piala Dunia 1998. Tapi, nama gelandang ini pun tidak muncul dalam film dokumenter.
Lalu, jika Volkan Balli (direktur olahraga Fenerbahce) bisa muncul memberikan kedalaman cerita Anelka saat di Fenebahce. Mengapa tidak ada nama Jorge Valdano, direktur olahraga Real Madrid selama periode 1998-2005?
Balas Dendam yang Manis
Setelah meminta maaf kepada Real Madrid karena menolak ikut berlatih, Anelka kembali ke Bernabeu. Ia lantas dimainkan di semifinal Liga Champions melawan Bayern Munich dan mencetak gol pada masing-masing leg.
Di babak final kontra Valencia, Anelka juga berandil besar atas terciptanya gol Fernando Morientes dalam kemenangan 3-0 Los Blancos atas El Che.
Anelka melakukan balas dendam dengan manis kepada Madrid; dengan gol dan trofi. Kini, Anelka kembali sukses menumpahkan dendamnya kepada Los Blancos melalui film dokumenter Anelka: Misunderstood. Sayangnya, lagi-lagi, pernyataan Anelka tidak diimbangi dengan penjelasan dari kubu Madrid.