Bos Garudafood Konglomerat Sudhamek Peringatkan Sri Mulyani agar Jangan Keluarkan Kebijakan yang Kontraproduktif
Konglomerat Sudhamek Agoeng Waspodo. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Semua negara berupaya untuk bangkit dari pandemi COVID-19 dan mendorong pemulihan ekonomi, termasuk di Indonesia. Pemerintah sendiri menargetkan tahun ini hingga 2022 menjadi momentum untuk recovery sektor ekonomi.

Melihat peluang ini, bos Garudafood, konglomerat Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto memperingatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk tidak mengambil kebijakan yang kontraproduktif. Kata Sudhamek, pemulihan ekonomi sekarang berjalan dengan cepat.

Sudhamek melihat berbagai indikator baik pertumbuhan pendapatan produk domestik bruto (PDB), pertumbuhan ekspor yang meningkat, hingga pertumbuhan investasi utamanya Foreign Direct Investment (FDI) yang sangat tinggi sekali.

"Jangan sampai ini terganggu karena kebijakan-kebijakan yang kurang pas," katanya dalam webinar, Rabu, 29 September.

Untuk mengukur bagaimana denyut nadi ekonomi Indonesia, menurut Sudhamek, dapat dilihat dari bagaimana kondisi industri makanan dan minuman (mamin). Sebab, ekonomi Indonesia terkenal sebagai ekonomi domestik dan 49,22 persen pengeluaran dari masyarakat itu berasal dari sektor makanan.

Lebih lanjut, Sudhamek mengatakan bahwa pengusaha saat ini sedang berusaha jungkir balik untuk mengatasi situasi yang memang sangat tidak mudah ini. Karena itu, dirinya meminta agar pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan harus hati-hati.

"Jadi artinya naik turunnya industri makanan itu akan menjadi cermin terhadap naik turunnya kehidupan ekonomi kita. Dalam konteks itulah hati-hati dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan jangan sampai menimbulkan hasil yang justru kontraproduktif," ucapnya.

Di samping itu, Sudhamek juga berpesan agar pemerintah melalui para menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak terlalu berbicara terlalu optimis di masa pandemi COVID-19 ini, tetapi juga harus realistis. Sebab, ketidakpastian masih sangat tinggi.

"Saya belum mendengar satupun dari paparan ketiga menteri tersebut yang menjabarkan bagaimana management transformation dari pandemi ke endemik. Jadi kita jangan hanya optimis aja," tuturnya.

Lebih lanjut, Sudhamek mengatakan pada kuartal II 2021, Indonesia kembali dihantam gelombang kedua pandemi COVID-19 dengan merebaknya varian Delta. Hal tersebut akhirnya dampak pada pertumbuhan ekonomi di kuartal III.

"Jangan sampai terulang, momentum yang sudah datang ini harus ditangkap dengan baik, dikelola dengan baik dengan tetap realistis jangan over optimis. Kita jangan berlebih-lebihan dalam menyikapi penurunan pandemi. Tetapi tetap dengan sikap yang penuh dengan kehati-hatian," katanya.