Fitch Yakini BUMN Konstruksi seperti PTPP, Waskita Karya, WIKA dll Bakal Bawa Kabar Gembira Nantinya: Raup Untung di Kuartal IV
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Fitch Ratings Indonesia menyebut jika perusahaan konstruksi, utamanya yang terkait dengan pemerintah, berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan pertengahan 2020 lalu.

Analis Fitch Ratings Indonesia Ana Halim mengatakan pemulihan ekonomi yang terjadi seiring meredanya kasus harian COVID-19 menjadikan sektor ini memiliki kesempatan tumbuh yang lebih baik hingga penghujung tahun.

Selain itu, Ana juga meyakini bila pola kerja konstruksi di Indonesia yang memacu proyek infrastruktur di akhir periode memperkuat prediksi ini.

“Fitch memperkirakan sebagian besar profitabilitas kontraktor dan kontrak baru akan terwujud pada paruh kedua 2021 karena pemerintah biasanya mempercepat tender proyek dan pencairan anggaran terkait infrastruktur pada kuartal keempat,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Senin, 20 September.

Menurut Ana, catatan kontrak baru yang diterima perusahaan konstruksi pada paruh pertama 2021 dan pelonggaran mobilitas secara bertahap akan membantu kontraktor meningkatkan arus kas mereka.

“Peningkatan kegiatan usaha juga akan mendukung kontraktor dalam mengurangi siklus modal kerja yang panjang,” tuturnya.

Secara terperinci, dia memaparkan kontrak baru empat besar yang terkait pemerintah meningkat 18 persen secara tahunan (year-on-year/y-o-y) di semester I 2021.

Masing-masing tersebut adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan kontrak baru sebesar Rp10,5 triliun pada paruh pertama 2021. Jumlah tersebut lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Kemudian, kontrak baru PT Adhi Karya melesat hampir 70 persen, sedangkan PT PP disebutkan berada pada tren mendatar.

Sebaliknya, BUMN konstruksi lain yakni PT Waskita Karya Tbk mengalami penurunan kontrak sebesar 62 persen y-o-y di paruh pertama tahun ini. Kondisi yang dialami emiten berkode saham WSKT itu akibat dari langkah perseroan yang tengah melakukan restrukturisasi utang.

“Penurunan dialami pula oleh PT Hutama Karya yang turun 32 persen y-o-y, meskipun order book perusahaan bergantung pada studi kelayakan untuk Tol Trans Sumatera yang diamanatkan pemerintah dan tidak mencerminkan tren industri yang lebih luas,” sambung Ana.

Sebagai informasi, Wijaya Karya dan Hutama Karya diuntungkan karena profil jatuh tempo utang yang dapat dikelola dan akses pendanaan yang lebih solid.

“Hal ini menempatkan Wika dan HK dalam posisi yang lebih baik untuk memenangkan kontrak dan meningkatkan order book dibandingkan dengan kontraktor lain,” tegasnya.

Untuk diketahui, Wika tidak memiliki utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Perusahaan pelat merah ini juga telah mampu melakukan roll over pinjaman bank jangka pendek yang ada.