JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan bahwa nilai tambah industri manufaktur nasional tembus 281 miliar dolar AS atau setara dengan Rp3.990 triliun. Adapun, jumlah ini merupakan yang terbanyak di Asia Tenggara (ASEAN). Dengan torehan tersebut menjadikan Indonesia sebagai basis manufaktur di kawasan itu.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan peluang ini akan dioptimalkan oleh pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Dengan begitu, akan terjadi efek ganda atau multiplier effect, antara lain penyerapan tenaga kerja, devisa ekspor, serta meningkatkan kontribusi terhadap pajak dan cukai.
"Berbagai langkah dilakukan Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri, antara lain mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan menjadikan industri di Tanah Air sebagai bagian rantai pasok global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 14 September.
Potensi industri manufaktur nasional, kata Febri, bisa semakin merajai pasar internasional dengan melimpahnya sumber daya alam (SDA) yang cukup tersedia, juga potensi sumber daya manusia (SDM) berusia produktif yang terampil. Sehingga mampu meningkatkan daya saing produksi dalam negeri.
Kata dia, Indonesia memiliki banyak sumber daya yang unggul dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand. Bahkan, hal itu tercermin dari nilai tambah yang dihasilkan Thailand hanya 1,23 miliar dolar AS, Malaysia 81,19 juta dolar AS, atau Vietnam 41,7 juta dolar AS.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, kata Febri, kondisi kian diuntungkan dengan bergabungnya Indonesia menjadi anggota negara G20 yang merupakan satu-satunya di ASEAN. Di mana pada tahun 2022 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 bakal diselenggarakan di Tanah Air.
"Indonesia merupakan satu-satunya yang masuk dalam G20. Ini menandakan Indonesia telah menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia," ucapnya.