Kemendag Klaim Insentif Gratis Ongkir Ciptakan Empat Miliar Kunjungan di Platform Digital
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim program gratis ongkos kirim (ongkir) untuk produk-produk dalam negeri mampu meningkatkan kunjungan pada platform digital. Bahkan, mencapai empat miliar dalam kurun waktu delapan hari. Jumlah ini masih akan terus meningkat, sebab program tersebut masih akan berjalan.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan berujar 75 platform digital yang mendapatkan program tersebut, rata-rata mendapatkan kunjungan sebanyak 100 juta. Sementara, nilai transaksi yang didapat mencapai Rp1 triliun.

"Ini belum terkumpul semua baru 60 persen jumlahnya sudah ada kunjungan empat miliar dan transaksi cukup besar. Kategorinya fesyen paling besar, kuliner, elektronik, perlengkapan rumah furniture dan semua itu diarahkan dikolaborasikan ke arah produk dalam negeri," katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Senin, 31 Mei.

Oke mengatakan program tersebut memang dirancang bagi para produsen dalam negeri untuk bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Ke depan, kata Oke, produk-produk dalam negeri akan diarahkan untuk bisa menembus pasar internasional.

Menurut dia, keseriusan pemerintah terkait hal tersebut ditunjukkan dengan adanya beberapa insetif yang akan diberikan bagi pemain lokal yang akan go internasional. Beberapa diantaranya yakni informasi kebutuhan pasar internasional dan desain produk yang cocok dijual.

"Pendampingan dalam desain karena sering kali kita memaksakan produk yang dibuat untuk dipasarkan tapi tidak sesuai selera. Maka harus dilakukan pendampingan," jelasnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology & Innovation (Wardah) Nurhayati Subakat mengaku sangat mendukung upaya yang dilakukan pemerintah untuk memajukan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Apalagi, UMKM selama ini menjadi nadi perekonomian nasional.

Namun, Nurhayati mengakui ada kendala yang masih dihadapi UMKM yakni produk-produk yang dihasilkan masih tercampur dengan produk asing yang memiliki pabrik di Indonesia. Sehingga penyerapan produk asli nasional masih belum optimal.

"Itu yang kadang-kadang sedikit menghambat pertumbuhan UMKM, kalau boleh saya usul industri dalam negeri itu dipertegas adalah industri lokal saja," ucapnya.