Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah Jumat berpotensi menguat dibayangi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.

Pada pukul 11.20 WIB, rupiah melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.295 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.288 per dolar AS.

"Momentum penguatan rupiah mungkin bisa berlanjut hari ini dengan sentimen positif pasar terhadap aset berisiko pagi ini mengikuti membaiknya data tenaga kerja AS yang dirilis semalam," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat 28 Mei.

Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS dirilis 406.000 klaim, lebih rendah dari ekspektasi 427.000 klaim yang artinya jumlah pengangguran berkurang. Angka tersebut adalah yang terendah sepanjang pandemi.

Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pasar akan mewaspadai menaiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang bergerak kembali ke atas 1,6 persen.

"Kenaikan yield ini selaras dengan ekspektasi pemulihan ekonomi di AS. Penguatan yield bisa memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi lanjut menguat ke kisaran Rp14.230 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp14.300 per dolar AS.

Pada Kamis 27 Mei kemarin, rupiah ditutup menguat 40 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.288 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.328 per dolar AS.