Dirut Garuda Indonesia Belum Mau Tanggapi Soal Utang Rp70 Triliun: Mau Fokus Urusi Pensiun Dini
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Dok. Garuda Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Kinerja keuangan maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tak kunjung membaik pada 2021. Bahkan dilaporkan, Garuda Indonesia tengah dilanda utang hingga Rp70 triliun. Untuk menyelamatkan bisnisnya, Garuda Indonesia akan melakukan restrukturisasi bisnis yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen.

Saat dikonfirmasi mengenai utang Rp70 triliun Garuda Indonesia tersebut, Direktur Utama Irfan Setiaputra mengaku enggan mengomentarinya. Ia menegaskan manajemen tengah fokus pada program pensiun dini. Program ini akan mulai efektif per tanggal 1 Juni 2021.

Lebih lanjut, Irfan mengatakan, program pensiun dini yang tengah digagas pihaknya ini lebih penting. Sebab, menyangkut sumber daya manusia (SDM) di dalam tubuh maskapai pelat merah itu.

"No comment dulu ya. Saya dan tim ingin fokus ke urusan pensiun dini. Ini yang sangat penting diputuskan oleh setiap pegawai untuk ikut atau tidak. Mereka kan saudara kita semua," katanya kepada VOI, Senin, 24 Mei.

Diberitakan sebelumnya, kinerja keuangan maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tak kunjung membaik pada 2021. Bahkan dilaporkan, Garuda Indonesia tengah dilanda utang hingga puluhan triliun.

Dikutip dari Bloomberg, Senin 24 Mei, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, perusahaan penerbangan pelat merah ini sedang dalam kondisi berat secara finansial. Menurutnya, Garuda Indonesia memiliki utang sebesar 4,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp70 triliun.

Jumlah utang tersebut bertambah lebih dari Rp1 triliun per bulannya seiring dengan penundaan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pada pemasok.

"Saat ini arus kas GIAA berada di zona merah dan memiliki ekuitas minus Rp41 triliun," ujar Irfan.

Garuda Indonesia juga akan melakukan restrukturisasi bisnis yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen. Upaya tersebut perlu dilakukan guna mengatasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

Salah satu bentuk restrukturisasi tersebut adalah melalui pengurangan armada pesawat yang operasional.

"Kami memiliki 142 pesawat dan menurut perhitungan awal terkait dampak pemulihan saat ini, GIAA kemungkinan akan beroperasi dengan tidak lebih dari 70 pesawat," ujarnya.

Jumlah armada pesawat tersebut mencakup seluruh sektor usaha Garuda Indonesia kecuali untuk Citilink. Irfan menyebutkan, Garuda Indonesia saat ini beroperasi dengan 41 pesawat dan tidak dapat menerbangkan armada yang tersisa karena tidak dapat membayarkan utang kepada kreditur selama berbulan-bulan.

Garuda Indonesia keluarkan program pensiun dini

PT Garuda Indonesia (Persero) dikabarkan menawarkan program pensiun dini yang efektif mulai 1 Juli. Penawaran ini terutang di dalam surat elektronik yang diterima oleh para pegawai. Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra mengatakan program ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemulihan kinerja usaha di era kenormalan baru.

"Manajemen tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat bagi karyawan  Garuda Indonesia yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut," tuturnya dalam pesan singkat yang diterima VOI, Jumat, 21 Mei.

Lebih lanjut, Irfan mengatakan situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini, mengharuskan perusahaan melakukan langkah penyesuaian aspek supply dan demand ditengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan.

"Perlu kiranya kami sampaikan bahwa program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang  telah memenuhi kriteria. Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat kami upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi saat ini, yang tentunya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak, dalam hal ini karyawan maupun Perusahaan," katanya.

Garuda Indonesia, kata Irfan, memastikan bahwa seluruh hak pegawai yang akan mengambil program tersebut akan dipenuhi sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku serta kebijakan perjanjian kerja yang disepakati antara karyawan dan Perusahaan.

"Melalui program pensiun yang dipercepat tersebut kami berupaya untuk memberikan kesempatan kepada karyawan yang ingin merencanakan masa pensiun sebaik mungkin. Khususnya bagi mereka yang memiliki prioritas lain di luar pekerjaan, maupun peluang karir lainnya di luar perusahaan," ucapnya.

Irfan tak menampik, keputusan untuk menghadirkan program pensiun dini ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh perseroan. Meski begitu, ia mengatakan langkah ini harus dilakukan.

"Namun opsi ini harus ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukan titik terangnya di masa pandemi COVID-19 ini," jelasnya.