JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan penyebab harga daging kerbau melambung tinggi di Tanah Air karena distributor di India sengaja menaikkan harga serta terdampak nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi bilang vendor di India mematok harga daging kerbau di kisaran 3,8 dolar AS hingga 3,9 dolar AS per kilogram (kg).
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp16.300.
“Dulu harganya cuma 3 dolar AS. Jadi kalau harganya tinggi, karena harga belinya tinggi, plus ratenya itu sekarang Rp16.300, mau murah gimana,” ucapnya dalam rapat koordinasi SPHP jelang Puasa dan Lebaran 2025 dikutip dari YouTube Bapanas, Rabu, 12 Februari.
Berdasarkan data Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI), harga daging kerbau beku untuk jenis paha belakang harganya berkisar Rp100.000 hingga Rp120.000. Sementara, untuk jenis paha depan mulai Rp95.000 hingga Rp110.000 per kg.
Jika mengacu data tersebut, harga daging kerbau ini sudah mendakati harga daging sapi. Berdasarkan data ADDI, per 10 Februari 2025 harga daging sapi untuk paha belakang berkisar antara Rp119.000 hingga Rp125.000 per kg. Sedangkan, paha depan Rp100.000 hingga Rp115.000 per kg untuk tingkat distributor.
Arief bilang tujuan pemerintah memasok daging kerbau ini dalam rangka stabilisasi. Artinya, untuk menjaga harga daging di dalam negeri tetap stabil.
BACA JUGA:
Karena itu, Arief bilang dirinya bersama dengan jajaran Bapanas bakal melakukan perhitungan ulang, sekaligus juga mencari vendor baru yang dapat memasok daging kerbau dengan harga yang jauh lebih murah.
“Untuk daging, daging kerbau itu sebetulnya untuk stabilisasi. Saya kemarin telepon dirjen PKH, kalau vendor di India harganya 3,8 hingga 3,9 dolar AS per kg, ya kita harus mulai berhitung lagi, maksudnya kita cari vendor baru aja. Jadi Pak Deputi tolong komunikasi, survei aja ke sana (India), 2 sampai 3 vendor lagi yang harganya bisa di bawah,” ucapnya.