JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 14 Januari 2025 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, pada hari Senin, 13 Januari 2025, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,57 persen ke level Rp16.283 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,53 persen ke level harga Rp16.281 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan fokus sekarang adalah pada data inflasi AS yang akan datang, yang akan dirilis pada hari Rabu, untuk isyarat lebih lanjut tentang prospek suku bunga Fed.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 14 Januari 2025 dalam rentang harga Rp16.270 - Rp16.350 per dolar AS.
"Bank sentral mengisyaratkan bahwa inflasi yang kuat dan kekuatan di pasar tenaga kerja akan memberinya lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga tinggi," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 14 Januari.
Selain itu, analis Goldman Sachs mengatakan dalam catatan baru-baru ini bahwa mereka sekarang memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga hanya dua kali tahun ini, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya tentang tiga kali pemotongan. Suku bunga terminal bank sentral juga diperkirakan akan lebih tinggi dalam siklus pelonggaran ini.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan eceran atau ritel yang mengalami peningkatan tipis pada Desember 2024, penyebab utama menggeliatnya industri ritel di Indonesia hingga akhir 2024.
Adapun peningkatan IPR pada Desember 2024 secara tahunan tersebut bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman dan tembakau.
Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen (mtm) setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,4 persen (mtm).
Kelompok dengan pertumbuhan tertinggi adalah subkelompok sandang, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta suku cadang dan aksesori. Itu sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
BACA JUGA:
Pada November 2024, IPR tercatat 209,7 atau secara tahunan tumbuh 0,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 1,5 persen (yoy). Pertumbuhan pada November 2024 terutama didorong kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Sementara itu, secara bulanan, penjualan eceran pada November 2024 mengalami kontraksi 0,4 persen (mtm), setelah mencatat kontraksi sebesar 0,01 persen (mtm) pada bulan sebelumnya. Mayoritas kelompok mengalami kontraksi, terutama terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi, suku cadang dan aksesori serta makanan, minuman, dan tembakau.
Hal itu disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat akibat faktor cuaca yang menahan aktivitas masyarakat. Sementara itu, kelompok yang tercatat masih tumbuh dan menjadi penopang kinerja penjualan eceran adalah peralatan informasi dan komunikasi serta bahan bakar kendaraan bermotor.