JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyoroti fenomena penurunan harga gabah yang tidak diikuti dengan penurunan harga beras. Bahkan, harga beras melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Plt Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir mengatakan bahwa fenomena penurunan harga gabah yang tidak diikuti dengan penurunan harga beras ini perlu menjadi perhatian bersama.
“Harga gabahnya turun, harga berasnya naik. Ini yang perlu kita cermati bersama. Kalau harga gabahnya di petani turun, tentunya harga berasnya juga turun. Nah tetapi ini sebaliknya harga berasnya naik,” katanya dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi 2025 secara virtual dikutip dari YouTube Kementerian Dalam Negeri, Senin, 13 Januari.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), Tomsi mengatakan harga beras medium di lapangan saat ini adalah Rp14.173 per kilogram (kg). Harga tersebut telah melewat HET yang ditetapkan sebesar Rp13.033 per kg.
“Ini yang harus kita pahami bahwa kita membuat harga eceran tertinggi sebagai patokan. Kalau masih barang tersebut di atas harga eceran tertinggi, kita harus berupaya untuk bisa barang-barang tersebut tidak melebihi harga eceran tertinggi. Nah ini yang diperlukan kerja keras kita bersama-sama,” jelasnya.
Tomsi juga meminta Perum Bulog untuk fokus menyerap gabah di daerah-daerah yang harganya jatuh. Contohnya, kata dia, di Kabupaten Simalungun harga gabah jatuh 13,3 persen.
BACA JUGA:
“Nah, daerah-daerah yang gabahnya jatuh ini, itulah Bulog yang ada di sana berupaya untuk menaikkan harganya supaya petani tidak rugi banyak. Nah, tolong ini yang dikerjakan. Jadi di mana harga gabah jatuh, Bulog hadir mewakili pemerintah kita untuk menstabilkan harga,” ucapnya.
Sementara, sambung Tomsi, untuk daerah-daerah yang harga berasnya tinggi maka Bulog harus menstabilkannya dengan mengguyur beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Tomsi pun menyoroti harga beras medium di Jakarta Utara yang berbeda dengan daerah lainnya. Di daerah tersebut harganya mencapai Rp15.732 per kg. Kemudian, di Kabupaten Anambas mencapai Rp18.500 per kg.
“Nah, di daerah-daerah yang harganya tinggi ini kami mohon untuk Bulog fokus mendorong lebih besar SPHP-nya sehingga harganya turun,” katanya.