JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan, RI memiliki potensi Energi baru dan Terbarukan (EBT) dalam jumlah yang signifikan yakni sebesar 3.687 giga watt (GW).
"Tetapi potensi EBT yang sudah dimanfaatkan baru mencapai 0,3 persen," ujar Yuliot dalam sambutannya pada Electricity Connect, Rabu 20 November.
Yuliot merinci, berdasarkan jenisnya, potensi EBT terbesar ditempati oleh energi surya dengan potensi 3.294 GW sementara yang telah termanfaatkan baru sebesar 675 MW.
Adapun untuk potensi hidro, Indonesia diketahui memiliki potensi sekitar 95 gigawatt dengan potensi yang sudah termanfaatkan sebesar 6,6 gigawatt. Untuk bioenergi, Indonesia memiliki potensi sebesar 57 gigawatt, yang baru termanfaatkan sekitar 3,4 gigawatt.
"Gasifikasi batubara, ini ada potensi yang belum kita manfaatkan. Ya sementara di dalam pelaksananya ini kita sudah memanfaatkan gasifikasi batubara sebesar 250 megawatt," sambung Yuliot.
Sementara itu, potensi energ angin kita memiliki potensi sekitar 155 gigawatt dan baru termanfaatkan sekitar 152 megawatt.
Kemudian untuk energi laut, Indonesia diketahui memiliki potensi sebesar 63 GW dan belum dimanfaatkan samasekali.
Terakhir, potensi panas bumi yang dimiliki RI sebesar 23 GW dan baru dimanfaatkan sebesar 2.597 MW.
"Jadi ini potensinya rangenya cukup besar. Tentu ini merupakan bagian yang bisa kita konsolidasikan, bagaimana antara potensi dengan pemanfaatan itu bisa gapnya tidak terlalu jauh, sehingga akan terjadi efisiensi dan juga bagaimana kita melihat sebagai komitmen kita untuk mengurangi emisi, terutama net zero emisi pada tahun 2060," beber Yuliot.
BACA JUGA:
Lebih lanjut Yuliot menyebut, dalam rangka memanfaatkan energi baru terbarukan, kegiatan-kegiatan ekonomi yang terjadi masih terpusat di Pulau Jawa, sementara potensi untuk energi baru-terbarukan itu ada di luar Pulau Jawa.
Untuk itu Indonesia perlu mengembangkan transmisi untuk 10 tahun ke depan dengan kebutuhan transmisi lebih dari 50.000 km sirkuit termasuk transmisi tegangan ekstra tinggi sekitar 500 kW sepanjang lebih dari 10.000 km sirkuit.
Sementara itu besaran jumlah investasi yang dibutuhkan Indonesia untuk membangun transmisi diasumsikan sebesar Rp400 triliun.
"Ini merupakan potensi investasi yang bisa dikembangkan baik berasal dari kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam negeri termasuk BUMN, kemudian kita juga bisa berkolaborasi dengan negara-negara ASEAN dan juga dengan multinasional company sehingga untuk transmisi sesuai dengan target yang sudah ditetapkan itu bisa dicapai," tandas Yuliot.