JAKARTA - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P. Hutajulu mengungkapkan hingga saat ini Indonesia masih memiliki 12 GW proyek pembangkit yang telah selesai, sedangkan sisanya sebesar 18,7 GW proyek masih dalam tahap perencanaan.
Menurut Jisman, proyek pengembangan listrik hijau berbasis energi baru terbarukan (EBT) ini merupakan sebuah kesempatan bagi investasi luar negeri untuk berkontribusi lewat skema Independent Power Producer (IPP) atau kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC).
"Pembangkit EBT yang dapat dikembangkan terdiri dari PLTA 7 GW, PLTS 4,4 GW, PLTP 2,2 GW dan sisanya 2,3 GW pembangkit EBT lainnya. Total kebutuhan investasi diperlukan sebesar 28 miliar dolar AS," ujar Jisman yang dikutip Rabu, 4 September.
Dikatakan Jisman, pemerintah dan PLN kini sedang membahas target pengembangan pembangkit EBT yang baru yang diperkirakan akan meningkat dari 21 GW didalam RUPTL eksisting menjadi 33 GW di dalam Draft RUPTL yang baru sehingga meningkatkan bauran EBT dari 52 persen menjadi 76 persen.
Berdasarkan proyeksi normal, demand listrik saat ini akan meningkat sampai 72 GW di tahun 2033.
Proyeksi tersebut mengalami peningkatan lewat penambahan demand baru yang signifikan dari industri smelter dan data center.
Hal ini berdampak pada peningkatan demand di Pulau Jawa yang umumnya tumbuh sebesar 1 GW per tahun berubah menjadi 3 GW per tahun.
"Untuk memenuhi demand tersebut, kita membutuhkan percepatan pengembangan pembangkit EBT yang masif. Kita memiliki potensi EBT yang besar lewat tenaga surya, bioenergi, angin, dan panas bumi dengan total 1.233 GW di Sumatera dan 518 GW di Kalimantan," ungkap Jisman.
BACA JUGA:
Jisman mengakui, penyediaan listrik berbasis EBT masih terdapat kendala dalam pengembangan karena sumber-sumber EBT berada di Pulau Sumatera, sementara pelanggan listrik terbanyak berada di luar Pulau Sumatera.
"Penyediaan energi bersih saat ini masih terkendala dengan adanya mismatch antara potensi pemanfaatan energi terbarukan dimana sumber-sumber energi terbarukan berada di pulau Sumatera dan Kalimantan dengan Demand Center di pulau Jawa, Sulawesi, dan Batam," pungkas Jisman.