Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan awalnya PT Indofarma Tbk (INAF) akan dijadikan sebagai produsen obat herbal. Namun, cita-cita itu tak bisa tercapai lantaran terkendala tata kelola perusahaan yang tak benar.

“Tadinya kan cita-cita, ini kan cita-cita boleh lah, Indofarma itu kita mau khususkan di herbal, di roadmap kita. Ya kenapa? kita melihat ya potensi obat-obatan herbal kita itu tidak kalah sama India dan China,” katanya dalam Konferensi Pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 1 November.

“Cuma kan sayangnya, ya kembali, GCG kalau dilanggar ya cita-cita itu gak jadi kenyataan,” pungkasnya.

Saat ini, kata Erick, dugaan korupsi dalam anak usaha Bio Farma itu tetap menjadi prioritas dalam proses hukum.

Dia mengaku tak pandang bulu dalam kasus korupsi di perusahaan pelat merah.

“Kembali untuk penyehatan anak ushaa kita coba tindak lanjuti kalau soal kasus korupsinya. Saya rasa kita tidak pandang bulu, kita periksa, kita ambil siapapun yang melakukan fraud ya atau penipuan-penipuan,” ujarnya.

Di samping itu, kata Erick, Kementerian BUMN juga menyusun strategi untuk menyehatkan kondisi perusahaan.

“Tetapi yang paling penting kalau kami melihat bagaimana bisnis modelingnya harus diperbaiki ya,” katanya.

Erick pun menyayangkan hal ini. Sebab, menurut dia, dunia saat ini sedang melirik obat herbal sebagai pilihan. Peluang ini yang awalnya ingin ditangkap melalui perusahaan pelat merah.

“Mestinya yang di mana kita lihat sekarang, secara global obat-obatan herbal ini sudah menjadi salah satu alternatif pengobatan yang memang sedang dunia menjadi dolusi untuk safetyness atau kesehatan secara berkelanjutan,” ucapnya.