Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Teni Widuriyanti mengatakan, perempuan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian, karena masih menghadapi berbagai tantangan.

“Kalau bicara perempuan dalam pembangunan berkelanjutan itu sesuatu yang sepertinya ringan, mungkin tidak penting, tetapi sebetulnya sangat-sangat penting sekali. Perempuan di Indonesia ini masih menghadapi berbagai tantangan yang sangat-sangat perlu mendapat perhatian,” ujar Teni Widuriyanti dikutip dari ANTARA, Senin, 7 Oktober.

Berdasarkan laporan Gender Snapshot 2024 dari United Nation (UN) Women, dibutuhkan 137 tahun untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem di kalangan perempuan.

Adanya perubahan iklim pada tahun 2050 diperkirakan akan menyebabkan sekitar 158 juta perempuan dan anak perempuan masuk ke dalam kemiskinan ekstrem.

“Angka ini sekitar 16 juta lebih banyak dari kemiskinan di pihak laki-laki, jadi selalu perempuan yang lebih banyak terdampak dan lebih cepat terdampak terhadap perubahan yang terjadi,” ujarnya.

Karena itu, kesetaraan gender menjadi aspek yang harus dijaga dan diperhatikan guna mengatasi berbagai tantangan sosial dan ekonomi.

Teni berterima kasih kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa yang telah memberikan kepercayaan terhadap para perempuan menduduki jabatan pada tingkat eselon I dengan jumlah hampir seimbang dengan komposisi laki-laki.

“Kita sudah bersama-sama berkolaborasi untuk memberikan masukan yang sangat-sangat setara inputnya dan tentu dengan kualitas yang lebih baik. Jadi, ini adalah evidence yang ditunjukkan, barangkali di Bappenas bisa menjadi contoh juga untuk yang lainnya. Jadi sekali lagi, terima kasih Pak Menteri atas perhatian kepada perempuan di kantor kita,” katanya.

Secara rata-rata, partisipasi perempuan di tingkat kepemimpinan nasional dan lokal di bawah 30 persen.

Padahal, kata dia, kehadiran perempuan dalam posisi tersebut sangat penting karena sering membawa perspektif yang unik dan berbeda dibandingkan laki-laki.

Di sektor informal, perempuan seringkali juga menerima upah lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Hal ini menjadi tantangan besar dalam mewujudkan pemberdayaan ekonomi yang lebih setara dan berkelanjutan.

“Perempuan memiliki peran yang krusial dalam mewujudkan ekonomi secara inklusif, khususnya dalam mendorong ekonomi hijau yang dapat sebetulnya kita lakukan dengan aktivitas sehari-hari. Jadi, memastikan kontribusi perempuan di berbagai sektor itu juga bisa membawa perbaikan pembangunan yang lebih setara, khususnya terhadap pendidikan, teknologi, sumber daya, sehingga bisa lebih optimal pembangunan ke depan,” pungkasnya.