Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ungkapkan saat ini tengah menghadapi tantangan serius terkait pemburukan rasio kredit atau Non-Performing Loan (NPL) pada segmen mikro, sehingga prioritas saat ini yaitu untuk memperbaiki kualitas aset segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kedepannya.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan meskipun kondisi ekonomi mulai membaik, efek pandemi masih terasa terutama di sektor UMKM, di mana lebih dari 80 persen portofolio BRI sedang kurang baik akibat dari pandemi Covid-19.

"Dampak dari pandemi itu sebenarnya belum selesai, terutama di kredit mikro. Jadi sebenarnya kredit-kredit yang jatuh menjadi NPL itu adalah terutama di mikro,” ujar Sunarso, dalam Public Expose Live 2024, Kamis, 29 Agustus.

Sebagai informasi, pada semester I-2024, segmen mikro BRI mencatatkan NPL di level 2,95 persen. Angka tersebut mengalami pemburukan dari periode sama tahun sebelumnya yang ada di level 2,23 persen.

Meski demikian, BRI telah mencatatkan kenaikan laba signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yaitu pada 2021 laba mencapai Rp30 triliun, pada 2022 sebesar Rp51 triliun, dan pada 2023 menjadi Rp60 triliun.

Sunarso menyampaikan laba tersebut bisa lebih tinggi, namun BRI memilih untuk mencadangkan sebagian laba untuk mengantisipasi risiko pemburukan kredit di segmen mikro pasca-pandemi.

"Kami sudah mencadangkan dana untuk mengatasi risiko ini, sehingga meskipun NPL naik, kondisi tetap aman. Tahun lalu, kami menghapus buku kredit bermasalah senilai Rp 32 triliun, dan ini tidak berdampak besar karena sudah kami antisipasi sebelumnya," jelasnya.

Untuk mengatasi pemburukan ini, Sunarso menyampaikan BRI telah mengambil langkah-langkah strategis, termasuk memperketat kriteria penerimaan risiko dan fokus pada perbaikan kualitas aset.

"Kami tumbuh secara selektif, memperbaiki risk acceptance criteria, dan memperketat pengawasan di segmen mikro," ungkap Sunarso

Oleh sebab itu, Sunarso memastikan bahwa masalah tersebut masih dapat diatasi mengingat cadangan dana yang dimiliki lebih dari cukup.

“Saya yakin satu tahun akan selesai masalah ini,” ujar Sunarso.

Di sisi lain, Sunarso menyampaikan bahwa pihaknya tidak akan mengejar banyak pertumbuhan kredit di segmen mikro.

Lebih lanjut, Sunarso menjelaskan bahwa saat ini memang ada peluang untuk menumbuhkan kredit di segmen korporasi sebagai upaya kompensasi atas melemahnya permintaan kredit di segmen mikro.

Meski demikian, Sunarso menegaskan bahwa BRI tetap akan menjadi Bank UMKM dengan portofolio kredit terbesar di segmen tersebut.

Sunarso menyampaikan pertumbuhan kredit di segmen korporasi akan dilakukan dengan tetap selektif yang tetap mempunyai value chain di segmen mikro.

“Sementara kita slowing down di mikro, dan di mikro ini kita fokus kepada tetap tumbuh secara lebih selektif,” pungkasnya.