Bagikan:

JAKARTA - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengatakan kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi, juga diharapkan menjadi solusi bagi berbagai permasalahan yang kita hadapi saat ini.

Bamsoet menyampaikan digitalisasi layanan dari perdagangan, jasa keuangan, hingga pemerintahan, berkembang semakin cepat dalam satu dekade terakhir.

"Digitalisasi yang berkembang pesat juga meninggalkan persoalan lain, yakni melebarnya ketimpangan digital, terutama di Indonesia bagian timur," ucapnya pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus.

Sebab itu, Bamsoet menyoroti terkait keamanan siber Indonesia karena masih banyak kasus peretasan data nasional.

Sehingga keamanan siber di Indonesia perlu ditingkatkan, mengingat keamanan data nasional sangat mendesak untuk diperketat keamanannya.

“Ini terkait juga dengan kasus peretasan data nasional, yang mengisyaratkan urgensi ketersediaan lembaga pemerintah yang berfokus pada keamanan siber, termasuk peraturan hukum,” tuturnya.

Bamsoet menyampaikan menurut National Cyber Security Index, Indonesia masih menempati posisi ke-lima di Asia Tenggara dalam hal keamanan siber.

“Kita telah sama-sama mengetahui, dunia sudah memasuki era internet of military things/ internet of battle-field things, dimana operasi militer semakin dapat dikendalikan dari jarak yang sangat jauh, dengan lebih cepat, tepat, dan akurat,” ungkapnya.

Selain itu, Bamsoet juga menyampaikan terkait keamanan data militer Indonesia. Ia menyarankan agar pemerintah Indonesia segera mempersiapkan pembentukan matra ke-IV Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan menghadirkan Angkatan Siber, untuk memperkuat tiga matra yang sudah ada, yakni angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara.

Bamsoet menambahkan, keamanan siber sangat penting ditingkatkan mengingat posisi geopolitik Indonesia sangat rawan, lantaran berhadapan langsung dengan trisula negara persemakmuran Inggris.

"Malaysia, Singapura, dan Australia, yang tergabung dalam Five Power Defence Arrangement (FFDA) bersama Selandia Baru dan Britania Raya, dan di sisi lain, juga berada dalam arena pertarungan geopolitik Rusia, Tiongkok, dan Amerika," ujarnya