Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 sebesar 0,47 miliar dolar AS atau turun 1,92 miliar dolar AS dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai 2,39 miliar dolar AS. Meski demikian surplus Ini tetap menjadikan neraca perdagangan Indonesia surplus selama 51 bulan berturut-turut.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan berdasarkan negara mitra dagang utama Indonesia, Amerika Serikat (AS), India dan Filipina menjadi penyumbang surplus terbesar. Sementara China, Australia dan Singapura menjadi penyumbang defisit terbesar.

“Pada Juli 2024, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan barang dengan beberapa negara dan tiga terbesar diantaranya adalah surplus dengan Amerika Serikat 1,27 miliar dolar AS, dengan India 1,23 miliar dolar AS dan dengan Filipina 0,74 miliar dolar AS,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis, 15 Agustus.

Surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mencapai 1,27 miliar dolar AS atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 1,21 miliar dolar AS.

Surplus ini didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencapai 287,5 juta dolar AS, pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) mencapai 244,3 juta dolar AS, dan pakaian serta aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) mencapai 187,3 juta dolar AS.

Sedangkan dengan India mengalami surplus sebesar 1,23 miliar dolar AS namun turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 1,46 miliar dolar AS.

Surplus ini didorong oleh bahan bakar mineral (HS 27) mencapai 553,1 juta dolar AS, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) mencapai 227,6 juta dolar AS, serta besi dan baja (HS 72) mencapai 208,6 juta dolar AS.

Lalu dengan Filipina mencapai 742,9 juta dolar AS, atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 694,8 juta dolar AS.

Surplus ini didorong oleh kendaraan dan bagiannya (HS 87) 257,3 juta dolar AS, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar 255,9 juta dolar AS, serta besi dan baja (HS 72) sebesar 63 juta dolar AS.

Sementara, Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan dengan China sebesar 1,70 miliar dolar AS atau meningkat dari defisit bulan sebelumnya yang mencapai 682 juta dolar AS.

Defisit ini disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar 1,52 miliar dolar AS, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar 1,23 miliar dolar AS, dan kendaraan serta bagiannya (HS 82) sebesar 343 juta dolar AS.

Kemudian dengan Australia mencatatkan defisit sebesar 602,8 juta dolar AS, atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 341 juta dolar AS.

Defisit ini disumbang oleh bahan bakar mineral (HS 27) sebesar 302,9 juta dolar AS, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) sebesar 188,5 juta dolar AS, serta biji logam, terak, dan abu (HS 26) sebesar 121,5 juta dolar AS.

Serta dengan Singapura mencatatkan defisit sebesar 402,5 juta dolar AS atau turun dari defisit bulan sebelumnya yang mencapai 308,2 juta dolar AS.

Defisit ini disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar 155,1 juta dolar AS, instrument optic, fotografi, sinematografi, dan medis (HS 90) mencapai 104,1 juta dolar AS, bahan kimia organik (HS 29) mencapai 85,8 juta dolar AS.