Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencapai Rp584 triliun atau 2,63 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kami mengantisipasi bahwa defisit dalam APBN 2024 akan mencapai sekitar 2,63 persen dari PDB, atau Rp584 triliun, pada akhir tahun," jelasnya kepada VOI, Rabu, 14 Agustus.

Josua menyampaikan proyeksi ini sedikit lebih rendah dari proyeksi pemerintah yang memperkirakan defisit sebesar 2,70 persen dari PDB.

Menurut Josua proyeksi tersebut memperhitungkan tren peningkatan realisasi belanja di kuartal keempat, yang kemungkinan akan mendorong defisit lebih tinggi.

Meski demikian, Josua menyampaikan pihaknya juga mengamati bahwa dampak ketidakpastian global, terutama ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan suku bunga global yang cenderung masih tinggi, mungkin tidak separah yang diperkirakan, sehingga berpotensi mengurangi realisasi belanja pada akhir tahun.

Josua menyampaikan mengingat pemerintah telah mengindikasikan adanya pergeseran sumber pembiayaan utama defisit APBN pada paruh kedua tahun 2024 dari pembiayaan SBN ke pembiayaan pinjaman dan penggunaan saldo anggaran lebih (SAL).

"Kami meyakini bahwa pembiayaan yang dibutuhkan melalui penerbitan SBN akan jauh lebih rendah dari yang ditargetkan," ujarnya.

Oleh karena itu, Josua menyampaikan tekanan dari suplai obligasi yang lebih tinggi di pasar diperkirakan akan terbatas pada akhir 2024. Seiring dengan meningkatnya ekspektasi penurunan FFR dan penurunan BI-rate di akhir tahun

"Kami memperkirakan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun akan berkisar antara 6,50 persen-6,70 persen," jelasnya.