BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2021 di Level 4,3 Persen hingga 5,3 Persen
Bank Indonesia. (Fofo: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sepanjang 2021 akan berada di kisaran 4,3 persen hingga 5,3 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan optimisme tersebut didasarkan pada proyeksi ekspor yang diyakini meningkat seiring dengan pertumbuhan harga komoditas di awal tahun ini.

“BI juga melihat pemerintah agresif untuk melakukan belanja negara untuk proses pemilihan ekonomi,” ujarnya dalam acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang disiarkan secara virtual, Kamis, 25 Maret.

Perry menambahkan, bank sentral melihat pula pemberlakuan UU Cipta Kerja dinilai bakal memberikan angin segar dalam menggerakan roda ekonomi.

“UU Cipta Kerja berpotensi mendatangkan investasi dan ini momentum bagus untuk pemulihan,” tuturnya.

Dari sisi industri jasa keuangan, Perry mengungkapkan jika kondisi perbankan saat ini dianggap cukup terjaga dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan rasio kecukupan modal yang memadai, likuiditas yang melimpah. Selain itu, besaran inflasi tetap landai dengan acuan 3 persen plus minus 1 persen.

“Kemudian cadangan devisa kita cukup besar dengan nilai 138 miliar dolar AS. Belum lagi kebijakan suku bunga yang tetap rendah dengan 3,5 persen yang merupakan paling rendah sepanjang sejarah,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut dia juga menjabarkan upaya BI terkait dengan pembagian beban pembiayaan negara melalui mekanisme burden sharing.

“Kami dukung pemerintah melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) untuk membiayai APBN,” tegasnya.

Dalam catatan VOI, hingga 16 Maret 2021 BI telah membeli SBN sebesar Rp65,03 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp22,9 triliun diantaranya ditempuh melalui mekanisme lelang utama, dan Rp42,13 triliun lewat cara Greenshoe Option (GSO).

Adapun, pada 2020 otoritas moneter telah melakukan pembelian SBN dari pasar perdana sebesar Rp473,42 triliun.

“Sekarang ini yang kami fokuskan adalah bagaimana mendorong peningkatan kredit untuk bisa mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat,” tutup Perry.