Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan sejumlah langkah pemerintah dalam mengeber produki minyak dan gas dalam negeri demi mencapai target 1 juta barel minyak per hari dan 12 TCF gas di tahun 2030.

Asal tahu saja, sebelumnya Arifin sempat dipanggil untuk melakukan rapat terbatas dengan kepala negara terkait produksi minyak dan gas dalam negeri.

Arifin mengakui jika saat ini kondisi minyak dan gas dalam negeri terus mengalami penurunan dari target yang ditetapkan namun terus diupayakan untuk ditahan laju penurunannya. Pasalnya saat ini RI paling banyak mengelola lapangan minyak yang sudah tua dan terus diupayakan untuk mendapat temuan lapangan minyak yang baru.

Berbeda dengan minyak, kata Arifin, gas terpantau terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu serta banyak temuan big fish yang dipastikan dapat menjadi sumber transisi energi Indonesia ke depannya.

“Jadi dengan adanya temuan-temuan baru, prospek di (blok) Andaman, South Andaman, dan juga di Selat Makassar, ini nanti kita pakai banyak di dalam negeri untuk jadi andalan kita untuk bisa mendukung transisi energi,” ujar Arifin dalam diskusi bersama media di Gedung Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Jumat 2 Agustus.

Lebih lanjut Arifin membeberkan sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah yang dilakukan dalam 3 tahap yakni jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Ia merinci, untuk jangka pendek, langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan produksi aset yang sudah ada saat ini dengan upaya meningkatan produksi minyak melalui Enhanced Oil Recovery (EOR). Selain itu juga dilakukan pengeboran sumur pengembangan lebih dari 1000 sumur tiap tahun, mengaktifkan kembali sumur-sumur iddle sebanyak 1.000 hingga 1.500 sumur per tahum dan percepatan eksekusi CEOR Minas Area A yang memiliki potensi 2 juta barel minyak.

Sedangkan, untuk jangka menengah, Arifin bilang akan mendorong transformasi R ke P ditambah dengan eksplorasi EOR skala penuh. Adapu langkah lain yang dilakukan adalah dengan mendorong investasi hulu migas China ke Indonesia termasuk penggunaan teknologi asal China yang dapat meningkatkan produksi minyak.

Terakhir, untuk jangka panjang, pemerintah akan melakukan eksplorasi sumber migas baru di dalam negeri ditambah dengan upaya peningkatan produksi dengan EOR serta pengembangan migas non konvensional.

Di sisi lain, kata Arifin ada dukungan kebijakan yang dilakukan pemerintah agar operasi migas menjadi lebih menarik. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan raksasa migas dunia seperti ExxonMobil, ENI, BP, Inpex Masela makin tertarik melakukan kegiatan operasi migas di Indonesia.

Salah satunya adalah dengan menyederhanakan komponen tambahan split agar lebih implementatif yaitu dari 13 komponen menjadi hanya 5 komponen.

"Kemudian tambahan split bagi kontraktor lebih menarik, bisa mencapai 95 persen termasuk untuk migas non konvensional. Statusnya sedang proses di Sekretaris Kabinet untuk diajukan ke Presiden dan menunggu respon Kementerian Keuangan," pungkas Arifin.