JAKARTA - Pada paruh pertama 2024, realisasi kinerja keuangan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencerminkan adanya progres berkelanjutan pada pertumbuhan secara organik maupun anorganik, meskipun selama enam bulan pertama tahun ini masih dibayangi tantangan di industri petrokimia.
Berdasarkan laporan keuangan Barito Pacific (konsolidasian) untuk periode yang berakhir 30 Juni 2024 (unaudited), Perseroan berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 34 juta dolar AS atau 13,3 persen dibandingkan dengan laba bersih di semester I 2023 yang senilai 30 juta dolar AS.
Pertumbuhan laba bersih hingga double digit tersebut terutama dipengaruhi penurunan beban pokok pendapatan di Semester I-2024 sebesar 16,1 persen (year-on-year) menjadi 914 juta dolar AS. Kondisi ini sejalan dengan perolehan pendapatan BRPT di paruh pertama tahun ini yang menurun 15,6 persen (y-o-y) menjadi 1,16 miliar dolar AS.
"Hasil 6M24 kami mencerminkan kombinasi antara optimisme yang penuh kewaspadaaan dan tantangan berkelanjutan di sektor petrokimia global. Meskipun terjadi gejolak yang besar, kami terus menunjukkan ketahanan yang baik dan terus melanjutkan rencana ekspansi. Hal ini terlihat dari progres pertumbuhan organik dan serangkaian akuisisi untuk mendukung pertumbuhan ke depan,” ujar Direktur Utama BRPT, Agus Salim Pangestu, dalam keterangannya, Rabu 31 Juli.
Agus menjelaskan, penurunan pendapatan BRPT secara konsolidasian di paruh pertama 2024 yang sebesar 15,6 persen lebih dipengaruhi oleh volatilitas yang terjadi di industri petrokimia global. Selain itu, terpengaruh pula oleh penerapan Turnaround Maintenance (TAM) yang sudah terjadwal di kompleks petrokimia Barito Pacific, serta adanya pemeliharaan di salah satu unit operasi panas bumi.
“TAM terjadwal di kompleks petrokimia kami merupakan aktivitas rutin untuk memastikan keandalan fasilitas dan memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku. Kontribusi dari Sidrap I yang baru saja diakuisisi membantu mengurangi sebagian penurunan pendapatan, karena pada periode ini berhasil mencapai rekor produksi tertinggi sejak pertama kali beroperasi,” papar Agus.
Menurut dia, kontribusi dari Sidrap I tersebut menunjukkan nilai strategis yang diperoleh Perseroan dari penerapan strategi diversifikasi portofolio di sektor energi baru terbarukan (EBT).
Upaya mendorong pertumbuhan secara anorganik dilakukan BRPT dengan menerapkan proses akuisisi yang terfokus dan mengedepankan kemitraan strategis, sehingga langkah ini akan memperkuat posisi pasar Barito Pacific dan sekaligus memuluskan proses transisi menjadi pemain regional terkemuka.
Agus menyampaikan, kondisi yang dialami BRPT selama enam bulan pertama di 2024 tersebut berdampak terhadap kinerja operasional, tercermin dari EBITDA (konsolidasian) sebesar 271 juta dolar AS, dengan marjin EBITDA sebesar 23,4 persen. Rasio utang bersih terhadap ekuitas di semester I 2024 relatif stabil sebesar 0,73x, yang sekaligus mencerminkan kuatnya komitmen menjaga profil keuangan yang sehat di tengah rencana ekspansi Perseroan.
“Terlepas dari fluktuasi pasar, kondisi Barito Pacific terus menunjukkan ketahanan yang kokoh dengan profil likuiditas yang terjaga untuk dapat mendukung ekspansi yang sedang berlangsung dan memberikan kemampuan di dalam memanfaatkan peluang anorganik,” tutur Agus.
BACA JUGA:
Seperti diketahui, pada Mei 2024, Chandra Asri Petrochemical (CAP) bersama Glencore Plc menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi seluruh kepemilikan Shell Singapore Pte Ltd pada Shell Energy Chemicals Park Singapore (SECP). Proses transaksi diperkirakan selesai pada akhir 2024 dan saat ini masih menunggu persetujuan regulator. Aksi korporasi ini diyakini akan memperkuat posisi dan meningkatkan daya saing Chandra Asri di market regional.
Pada segmen properti, lanjut Agus, BRPT telah memulai rencana pengembangan tahap awal untuk memperluas kawasan industri di Subang, dengan lokasi strategis yang berdekatan dengan Pelabuhan Patimban.
"Posisi prima ini akan menempatkan kami secara optimal dalam memanfaatkan peluang yang muncul dalam pengembangan fasilitas manufaktur otomotif dan selaras dengan rencana pemerintah untuk lebih meningkatkan investasi asing langsung (FDI),” paparnya.
Agus menambahkan, anak perusahaan BRPT, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga akan meningkatkan kapasitas aset panas bumi melalui program retrofit dan penambahan unit baru. “BREN akan mengembangkan aset panas bumi greenfield di Hamiding dan Suoh Sekincau, serta mengembangkan Sidrap 2, yang diperkirakan mulai ditender pada paruh kedua tahun 2024,” katanya.