Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan sejumlah tantangan yang masih menghantui di pasar modal hingga akhir tahun 2024.

“(Pertama), jadi kalau di bursa kita bisa lihat dampak inflasi lebih signifikan daripada dampak kenaikan suku bunga. Jadi, indeks itu lebih takut kepada inflasi daripada kenaikan suku bunga,” kata dia dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, dikutip dari Antara, Selasa 30 Juli.

Permintaan global yang terkontraksi, normalisasi harga energi, dan penurunan biaya logistik berpotensi membantu mengurangi inflasi. Namun, penurunan inflasi diperkirakan bakal terjadi lebih lambat berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat.

Tantangan kedua terkait kebijakan moneter yang ketat. Era suku bunga acuan yang tinggi (hawkish) oleh bank sentral global diprediksi akan terus berlanjut di tengah masih tingginya inflasi, sehingga memberikan tekanan terhadap sektor keuangan global.

Selanjutnya ialah perlambatan perekonomian Tiongkok dan rendahnya tingkat permintaan global menyebabkan penurunan aktivitas manufaktur di berbagai negara, serta memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.

Keempat yaitu naiknya permintaan terhadap instrumen safe haven di tengah peningkatan risiko perekonomian.

Hal ini mendorong pergerakan dana dari investor yang sebelumnya memiliki aset berisiko.

Terakhir adalah ketegangan geopolitik yang berkepanjangan di Timur Tengah yang memberikan dampak terhadap gangguan harga komoditas, inflasi, hingga perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Di sisi lain, BEI melihat ada beberapa peluang terhadap perkembangan pasar modal Indonesia.

Pertama ialah ketahanan ekonomi domestik yang tumbuh lebih kuat dibandingkan negara lain, yaitu 5,11 persen pada kuartal I-2024.

Kedua, terjadi peningkatan aktivitas konsumsi partai politik jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serempak yang berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

“Tentu saja terkait dengan pemilu adalah wait and see investor asing terkait dengan pembentukan kabinet baru di bulan Oktober,” ucap Iman.

Ketiga, beberapa proyek investasi pemerintah memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Mulai dari proyek strategis nasional, pengembangan Ibu Kota Negara (IKN), dan hilirisasi industri.

Peluang berikutnya mengenai jumlah investor pasar modal yang diperkirakan akan terus bertambah, sehingga berdampak positif terhadap peningkatan likuiditas pasar dan pertumbuhan pasar modal secara umum.

Terakhir, faktor-faktor lain seperti penerapan Undang Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) dan pengembangan produk investasi yang lebih beragam.

Untuk memaksimalkan peluang dan mengatasi tantangan yang ada di pasar modal, BEI memfokuskan kepada tiga hal.

Poin pertama adalah perlindungan investor dengan melakukan pengembangan integritas pasar yang berkelanjutan (continuous market integrity development), termasuk penerapan papan pemantauan khusus, notasi khusus, dan tindakan pencegahan serta edukasi pemangku kepentingan pasar modal.

Pada sisi pendalaman pasar (market deepening), terkait dengan peningkatan jumlah Initial Public Offering (IPO) dan listing, juga mengenai IDX inkubator dan papan akselerasi untuk mengakomodasi Usaha Kecil Menengah (UKM)/startups listing, papan utama new economy, E-Registration dan e-IPO enchancement, hingga inisiatif ESG (Environmental, Social, and Governance).

“Kita saat ini telah melakukan subsidi kepada 80 perusahaan tercatat untuk melakukan ESG scoring,” ungkap dia.

Poin kedua juga mencakup peningkatan likuiditas perdagangan dan optimalisasi produk pasar modal.

Adapun fokus terakhir mengenai sinergi dan konektivitas regional yang berkaitan dengan ​​IDX Data Service Review dan pengembangan komputasi awan untuk menjawab kebutuhan perkembangan pasar modal yang semakin pesat, khususnya bagi anggota bursa.