Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan terdapat tiga mesin pendorong dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, yaitu hilirisasi, pembangunan infrastruktur, dan kerja sama internasional dalam ketahanan pangan.

“Berikut adalah hal yang akan terus kami kembangkan ke depan, yakni tiga mesin pertumbuhan. Salah satunya adalah konvensional, hilirisasi. Hilirisasi sudah banyak kita lakukan. Termasuk pada mineral nikel. Dan juga melalui proyek infrastruktur, proyek strategis nasional. Kemudian tentu saja kerja sama internasional dan ketahanan pangan,” kata Airlangga dalam keterangannya, Selasa, 23 Juli.

Airlangga menyampaikan pada paruh kedua tahun 2024 sektor konsumsi akan tetap menjadi pendorong pertumbuhan yang kuat. Kebijakan Pemerintah mengenai stabilitas harga dan program perlindungan sosial akan turut mendukung pertumbuhan tersebut.

Selain itu, Airlangga menyampaikan sektor riil juga tumbuh kuat dimana PMI Manufaktur Indonesia ekspansif selama 34 bulan berturut-turut serta sektor eksternal, yakni neraca perdagangan yang terus menunjukkan surplus selama 50 bulan berturut-turut.

Kinerja makro fiskal dimana rasio pajak secara konsisten juga tumbuh sebesar dua digit sejak tahun 2022 diiringi dengan defisit fiskal tetap terjaga di bawah 3 persen dari PDB usai COVID-19.

Sementara itu, sektor keuangan yakni pertumbuhan kredit dan DPK menunjukkan tren meningkat dan pertumbuhan kredit perbankan berada di atas 11 persen tahun ini.

Airlangga menyampaikan, Indonesia pada tahun ini juga mencapai tonggak penting dengan naik ke peringkat 27 dari sebelumnya di peringkat 34 dalam peringkat daya saing global.

Seluruh lembaga pemeringkat besar juga telah mempertahankan Indonesia pada level investment grade.

“Salah satu pendorong utama kami adalah dari infrastruktur. Lalu efisiensi bisnis, efisiensi Pemerintah, dan kinerja ekonomi. Salah satu hal yang juga kami kuatkan adalah di pasar tenaga kerja. Dan pasar tenaga kerja, sebenarnya, kita nomor dua dari seluruh negara. Itu karena kami memperkenalkan Undang-Undang Cipta Kerja,” ujar Airlangga.

Airlangga memaparkan, terkait visi Indonesia Emas 2045 di mana Indonesia bertujuan untuk mencapai PDB nominal sebesar 9,8 triliun dolar AS dan berada di antara lima negara dengan perekonomian teratas secara global.

Tujuan ini memerlukan pendekatan transformatif, dengan fokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, ekonomi hijau, transformasi digital, dan integrasi ekonomi.

Airlangga menyampaikan Pemerintah terus berkomitmen untuk mendukung sektor teknologi dan manufaktur yang lebih luas, termasuk dengan mengembangkan industri terkait komponen semikonduktor seperti produksi komponen kendaraan listrik (EV).

"Indonesia juga berkomitmen terhadap inisiatif pengurangan emisi dan transisi energi, salah satunya melalui Asian Zero Emission Community (AZEC) yang telah memberikan pendanaan untuk beberapa proyek di Indonesia seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, konservasi lahan, dan panel surya," jelasnya.

Airlangga mengatakan Indonesia juga memanfaatkan potensi pasar dan investasi yang luas dari peran serta dalam berbagai forum kerja sama internasional seperti ASEAN, G20, RCEP, IPEF, EURASIA, CP-TPP, hubungan Indonesia dengan EU, dan termasuk aksesi menjadi anggota OECD.