Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau Bank BCA menoreh pertumbuhan jumlah pengguna buy now pay later (BNPL) hingga periode Mei 2024 mencapai 108 persen secara year-to-date (ytd).

Kemudian, outstanding pinjaman untuk paylater yang disediakan bank swasta tersebut juga tercatat tumbuh hingga periode yang sama, yakni sebesar 94 persen ytd.

“Jadi, (berdasarkan pertumbuhan paylater BCA tersebut) pengguna sangat antusias dan kami juga excited,” kata Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengutip Antara.

Hera menyampaikan, perseroan secara rutin melakukan inovasi produk termasuk untuk paylater. Menurutnya, perseroan juga terus melakukan kajian sehingga diharapkan dapat melahirkan inovasi produk baru yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Sebelumnya, dalam paparan kinerja triwulan I 2024, perseroan melaporkan bahwa jumlah pengguna paylater hingga akhir Maret 2024 telah mencapai sekitar 89.000 pengguna atau tumbuh 70 persen dari posisi Desember 2023 yang berjumlah 52.500 pengguna.

Pada saat itu, Direktur BCA Santoso mengungkapkan adanya kenaikan outstanding pinjaman dari Rp115 miliar pada posisi Desember 2023 menjadi Rp185 miliar pada Maret 2024. Jumlah tersebut naik 61 persen jika dibandingkan dengan akhir tahun 2023.

Sementara plafon pinjaman juga tercatat tumbuh cukup baik pada periode tersebut yakni sebesar 51 persen jika dibandingkan dengan akhir 2023 yang hanya sebesar Rp395 miliar menjadi Rp597 miliar di Maret 2024.

Santoso juga menggarisbawahi kualitas kredit yang disalurkan tetap prudent. Adapun kualitas kredit paylater BCA berada di posisi 0,47 persen pada Maret 2024.

Sebagai informasi, fitur paylater di myBCA diluncurkan pada kuartal IV 2023. Limit kredit paylater yang ditawarkan BCA hingga Rp20 juta, dengan suku bunga cicilan yang kompetitif dan pembayaran yang bervariasi sesuai kebutuhan nasabah.

Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penyaluran piutang pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan (PP) BNPL per Mei 2024 meningkat 33,64 persen secara year-on-year (yoy) menjadi sebesar Rp6,81 triliun.

OJK menilai, pembiayaan paylater di Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar sejalan dengan perkembangan perekonomian berbasis digital. Hal itu juga terlihat dari rasio non-perfoming financing (NPF) gross serta NPF netto PP BNPL yang masing-masing tercatat sebesar 3,22 persen dan 0,84 persen.