Bagikan:

JAKARTA - Stafsus Menteri BUMN Arya Sinulingga membantah kerugian yang dialami PT Wijaya Karya (Persero) Tbk pada 2023 imbas melaksanakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh.

Sekadar informasi, penyebab kerugian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk pada 2023 adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang merupakan konsorsium beberapa BUMN yang terlibat dalam proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh.

Lebih lanjut, Arya mengatakan investasi yang dilakukan WIKA masih tahap awal, karena itu tidak bisa disebut rugi. Dia bilang dikatakan kerugian bila proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut dinyatakan batal.

“Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana orang ada invest dulu, misalnya kau bikin rumah, rugi apa nggak? Kalau tahun pertama, gimana? Dia kan untuk bisnis, kalau misalnya bikin rugi, kalau misalnya perusahaannya kereta cepat-nya enggak jalan,” ujar Arya saat ditemui di gedung Perum Perhutani, Jakarta Selatan, Senin, 15 Juli.

Menurut Arya, bisnis Whoosh justru semakin baik di mana frekuensi perjalan kereta terus bertambah menjadi 40 perjalanan setiap hari. Selain itu, okupansi penumpang juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga di posisi 21.000 orang per penumpang.

“Kalau sekarang masih menuju ya, kan target kita 60-an tuh (frekuensi perjalanan), sekarang masih 40-an. Bertahap kan, ya enggak mungkin tiba-tiba, ya orang jualan masa langsung tercapai, ya dia bertahap, tapi kan sekarang udah bagus,” katanya.

Lebih lanjut, Arya juga mengatakan pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar 75 persen.

Sedangkan, sambung Arya, 25 persen merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) senilai 60 persen dan Beijing Yawan HSR Co.Ltd 40 persen.

Sekadar informasi, saat ini bisnis Kereta Cepat Whoosh dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebuah perusahaan patungan yang dibentuk oleh PSBI dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Di sisi komposisi pemegang saham PSBI yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI 51,37 persen, Wijaya Karya 39,12 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen.

Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito mengungkapkan perusahaannya mengalami kerugian besar di 2023. Salah satu penyebabnya adalah proyek Kereta Cepat Whoosh.

Lebih lanjut, Agung mengatakan penyebab besar kerugian perseroan adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

“Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, pak, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun, pak. Sehingga hampir Rp12 triliun,” kata Agung Budi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Senin, 15 Juli.