JAKARTA - Kementerian Perindustrian memandang bahwa penerapan Permendag Nomor 8 Tahun 2024 memberikan dampak kurang baik bagi sektor perindustrian, tak terkecuali untuk industri Petrokimia.
Adapun rencana investor di sektor industri Petrokimia digadang-gadang mampu mencapai 31,41 miliar dolar AS hingga 2030 mendatang.
"Jadi, kalau tidak dibarengi dengan kebijakan impor yang tepat, mungkin beberapa puluh tahun lagi kami akan mendapatkan (investasi)," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reni Yanita dalam diskusi media tentang Permendag Nomor 8 Tahun 2024, Wujud Nyata Denormalisasi Industri Petrokimia Nasional di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin, 8 Juli.
Reni menambahkan, beberapa investor tersebut bahkan dikhawatirkan akan menanamkan investasinya di negara-negara tetangga Indonesia. "Atau bahkan mereka (investor) beralih ke negara tetangga kami, yakni ASEAN," katanya.
Padahal, kata Reni, utilisasi industri Petrokimia di Indonesia masih terbilang sangat kecil.
Total impor produk Petrokimia secara keseluruhan pada 2022 mencapai 7,75 juta ton yang memiliki nilai perdagangan senilai 10,5 miliar dolar AS serta meningkat kuantitasnya menjadi 8,5 juta ton pada 2023.
Menurut Reni, untuk mewujudkan rencana investasi tersebut perlu penyesuaian regulasi yang mendukung keberlanjutan ekosistem industri Petrokimia.
Seperti halnya menerapkan larangan dan pembatasan (lartas) impor untuk produk hulu dan hilir sektor ini. Sehingga, iklim industri dalam negeri terjaga dengan baik.
"Beberapa investor sudah berencana untuk melakukan investasi terkait bahan baku plastik. Namun dikarenakan regulasi yang bertujuan mengontrol impor dicabut, membuat investor berpikir kembali untuk melakukan investasi di Indonesia," tuturnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, adanya rencana investasi di sektor industri Petrokimia mencapai 31,41 miliar dolar AS hingga 2030.
Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reni Yanita menjelaskan, angka tersebut didapat dari rencana investasi yang dilakukan oleh PT Chandra Asri Perkasa sebesar 5 miliar dolar AS, PT Lotte Chemical Indonesia 4 miliar dolar AS, PT Sulfindo Adiusaha 193 juta dolar AS, Proyek Olefin TPPI Tuban 3,9 miliar dolar AS serta PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia sebesar 16,5-18 miliar dolar AS.
"Jadi, memang rencananya proyek industri Petrokimia sampai 2030 mencapai 31,41 miliar dolar AS," kata Reni.