Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 4 Juli 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 3 Juli 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,15 persen di level Rp16.371 per dolar AS. Sedangkan, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,02 persen ke level harga Rp16.387 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan komentarnya yang agak dovish, menunjukkan bahwa bank sentral AS kemungkinan besar akan memulai siklus pelonggaran pada akhir tahun ini.

"Komentar pejabat tinggi The Fed melebihi data yang menunjukkan lowongan pekerjaan di AS meningkat pada bulan Mei setelah mencatat penurunan yang sangat besar dalam dua bulan sebelumnya," ujar Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Kamis, 4 Juli.

Menurut Ibrahim menyusul laporan JOLTS dan komentar Powell, suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 69 persen pada bulan September, naik dari sekitar 63 persen pada hari Senin, menurut perhitungan LSEG.

"Pasar juga memperkirakan satu atau dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024," ucapnya.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik hampir 14 basis poin (bps) menjadi 4,479 persen semalam, dan para analis menghubungkan kenaikan tersebut dengan ekspektasi bahwa Donald Trump akan memenangkan kursi kepresidenan AS, yang pada gilirannya menyebabkan tarif lebih tinggi dan pinjaman pemerintah.

Dari sisi internal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024. Jumlah utang itu naik sebesar Rp14,59 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp8.338,43 triliun.

Dikutip dari Buku APBN Kita Edisi Juni 2024, menyebutkan bahwa rasio utang pemerintah tersebut setara 38,71 persen terhadap Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia. Ini artinya tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2024-2027 di kisaran 40 persen.

Sedangkan, Rasio utang per akhir Mei 2024, terus menunjukkan tren penurunan dari angka rasio utang terhadap PDB 2021 yang tercatat 40,74 persen, 2022 di 39,70 persen dan 2023 di 39,21 persen. Berdasarkan instrumen, utang pemerintah terdiri dari dua jenis, yakni berupa surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah per Januari 2024 masih didominasi oleh instrumen SBN, yakni 87,96 persen dan sisanya pinjaman 12,04 persen.

Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN Domestik sebesar Rp7.347,50 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp5.904,64 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp4.705,24 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.199,40 triliun. Kemudian, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN valuta asing per Mei 2024 sebesar Rp1.442,85 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara Rp1.086,55 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp356,10 triliun.

Kemudian, utang pemerintah dalam bentuk pinjaman Rp1.005,52 triliun per Mei 2024. Jumlah itu terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp36,42 triliun dan pinjaman luar negeri Rp969,10 triliun. Adapun, pinjaman luar negeri Rp969,10 triliun terdiri dari bilateral Rp265,83 triliun, multilateral Rp584,65 triliun, dan commercial banks Rp118,62 triliun.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Kamis, 4 Juli 2024 dalam rentang harga Rp16.320 - Rp16.440 per dolar AS.