Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi pada Juni 2024 sebesar 0,08 persen secara bulanan atau month to month (mtm) terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,37 pada Mei 2024 menjadi 106,38 pada Juni 2024.

Deflasi ini terjadi dua bulan secara berurutan.

Adapun deflasi pada Juni 2024 lebih tinggi dibandingkan pada Mei 2024 saat itu terjadi deflasi 0,03 persen secara bulanan.

Sementara secara tahunan, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum turun menjadi 2,51 persen year on year (yoy) pada Juni 2024 dari 2,84 persen (yoy) pada Mei 2024.

Sedangkan inflasi tahun kalender atau year to date (ytd) untuk semester pertama tahun 2024 tercatat 1,07 persen, lebih rendah dari inflasi (ytd)1,37 persen yang tercatat pada semester pertama 2023.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan Inflasi yang moderat akan mendukung Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan tingkat suku bunga saat ini di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

"Mengingat inflasi umum dan inflasi inti tetap stabil di dalam kisaran target, tekanan inflasi diperkirakan tidak akan terlalu tinggi. Hal ini memberikan fleksibilitas yang cukup bagi BI untuk mempertahankan atau bahkan menurunkan suku bunga kebijakan di masa depan," ujarnya dalam keterangannya, Selasa, 2 Juli.

Menurut Josua, di tengah ketidakpastian global yang tinggi, memberikan tekanan pada stabilitas Rupiah dan inflasi yang diimpor, serta mengantisipasi ruang untuk penurunan Federal Funds Rate (FFR) pada Desember 2024,

"Kami memperkirakan BI-rate akan tetap di level 6,25 persen hingga akhir 2024. Kami memperkirakan BI akan mulai memangkas BI-rate pada kuartal pertama 2025," ucapnya.