Bagikan:

JAKARTA - Indonesia melalui Kementerian ESDM dan Japan International Cooperation Agency (JICA) menandatangani Memorandum of Cooperation (MOC) untuk mempromosikan pengembangan Hidrogen dan Amonia di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi mengatakan, berdasarkan MOC yang telah disepakati, JICA berencana untuk meluncurkan data collection survey baru mengenai rantai pasokan Hidrogen dan Amonia pada akhir tahun 2024.

Melalui upaya-upaya tersebut, sektor publik dan swasta di Indonesia dan Jepang akan bekerja sama untuk mendorong transisi energi melalui pemasyarakatan Hidrogen, Amonia, dan energi baru lainnya.

Eniya menyampaikan, Indonesia telah meluncurkan Strategi Hidrogen Nasional pada akhir tahun 2023, sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan untuk pemanfaatan hidrogen.

Telah disiapkan pula Peta Jalan Hidrogen Nasional yang dilengkapi dengan target secara rinci dan rencana aksi tahunan hingga tahun 2060, yang akan menjadi konsensus pada Juni 2024 ini.

"Saat ini kami tengah menyiapkan Standar Hidrogen Indonesia dan Standar Klasifikasi Bidang Bisnis Hidrogen Indonesia, agar ekosistem hidrogen dapat direalisasikan secepatnya. Juga sedang disusun naskah akademis yang ditargetkan selesai pada September 2024", ungkap Eniya, Jumat 7 Juni.

Eniya melanjutkan, Indonesia kini telah memulai pemanfaatan hidrogen, di mana PT Nusantara Power, anak perusahaan PT PLN (Persero) telah meluncurkan Pembangkit Hidrogen Hijau 100 persen pertama berlokasi di Jakarta.

Saat ini, kata dia, ada beberapa proyek hidrogen yang sedang berjalan di Indonesia, diantaranya hidrogen hijau hibrida dari surya dan bayu di Sumba Timur, pembangkit hidrogen berbasis PLTA di Kalimantan Utara dan Papua dan proyek perintis di Ulubelu yang menggunakan kondensat panas bumi.

Beberapa proyek ini memberikan gambaran tentang upaya Indonesia mengeksplorasi berbagai metode berkelanjutan pada produksi hidrogen.

Dengan pemanfaatan hidrogen dan amonia yang besar, Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam pasar hidrogen global, dan menjadi pusat hidrogen regional.

Karena posisi yang berada di dekat salah satu jalur laut strategi di dunia, yaitu selat Malaka, Indonesia memiliki posisi yang strategis untuk melakukan ekspor hidrogen hijau ke berbagai negara di Asia-Pasifik dan negara-negara lainnya di luar area tersebut.

"Kita akan mengembangkan ekosistem hidrogen komprehensif, yang terdiri dari produksi, penyimpanan, transportasi dan pemanfaatannya. Kami yakin dengan dukungan negara mitra seperti Jepang, dalam upaya persiapan ekosistem hidrogen kompetitif, Indonesia bisa mencapai visinya untuk menjadi pusat hidrogen Dunia" pungkas Eniya.