Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 3 Juni 2024 diperkirakan akan kembali bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jumat, 31 Mei 2024, Kurs rupiah spot di tutup menguat tipis 0,08 persen ke level Rp16.252 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup naik 0,01 persen ke level harga Rp16.251 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan perekonomian AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,3 persen dari bulan Januari hingga Maret, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6 persen setelah revisi ke bawah pada belanja konsumen.

"Penurunan peringkat pertumbuhan kuartal pertama terjadi menyusul lemahnya data penjualan ritel dan belanja peralatan, yang berkontribusi terhadap berkurangnya perkiraan penurunan suku bunga Federal Reserve," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Senin, 3 Juni. 

Ibrahim menyampaikan lonjakan dua hari sebesar 15 basis poin di atas 4,6 persen untuk imbal hasil Treasury jangka panjang telah membantu mendorong dolar ke level tertinggi dua minggu pada hari Rabu dengan meningkatkan daya tarik utang AS. 

Selain itu, sejumlah pejabat Federal Reserve memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa bank sentral kurang percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga, di tengah tingginya inflasi.

Selain itu, tensi geopolitik di Timur Tengah terus meningkat paska pasukan Israel menguasai zona penyangga di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Dengan demikian, Israel memiliki otoritas efektif atas seluruh perbatasan darat wilayah Palestina.

Ibrahim menyampaikan ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed tahun ini telah berkurang di tengah tanda-tanda inflasi yang stagnan, yang terbaru adalah peningkatan mengejutkan dalam sentimen konsumen yang dirilis pada hari Selasa.

Dari sisi internal, kondisi global yang bermasalah akibat tensi geopolitik di timur tengah dan eropa yang terus memanas membuat perekonomian global bermasalah, terbukti dengan turunnya Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal pertama 2024 yang rendah.

Menurut Ibrahim hal ini akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia di Kuartal Kedua 2024. Guna untuk mengangkat konsumsi masyarakat kembali maka pemerintah harus kembali menggelontorkan stimulus berupa Bantuan Sosial (Bansos) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga danpak dari kenaikan harga-harga bisa diimbangi dengan bantuan tersebut walaupun hanya 10 Kg per keluarga.

"Bantuan beras tahun ini pada awalnya direncanakan hanya sebanyak 2 tahap selama Januari - Juni 2024. Artinya, apabila perpanjangan bantuan beras dilanjut hingga tahap 3, maka periode pembagian beras gratis sebanyak 10 kilogram per bulan itu akan berlangsung dari Juni hingga September 2024," jelasnya. 

Menurut Ibrahim Bank Indonesia harus lebih sigap lagi dalam melakukan intervensi di pasar Valas dan Obligasi di perdagangan DNDF. Andaikata intervensi dipasar kurang kuat. Maka BI harus kembali menaikan suku bunga acuan di bulan Juni 2024 sebesar 25 bps yang bertujuan untuk menstabilkan mata uang rupiah. 

"BI masih ada ruang untuk mmenaikan suku bunga sebesar 50 bps di 6,75 persen. Apabila kondisi global terus memanas, harga minyak dunia melonjak tinggi dan rupiah terus melemah," ujarnya. 

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Senin, 3 Juni 2024 dalam rentang harga Rp16.210 - Rp16.300 per dolar AS.