JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) melaporkan bahwa progres pembangunan bendungan Temef di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur kini telah mencapai 98 persen pengerjaan.
"Untuk progres pengerjaan saat ini sudah sampai 98 persen," kata Project Manager bendungan Temef dari PT Waskita Karya Yudho Agasi mengutip Antara.
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan perkembangan pembangunan bendungan Temef, satu-satunya bendungan terbesar yang dibangun di NTT dari target tujuh bendungan yang menjadi program pemerintah pusat.
Dia mengatakan bahwa pembangunan bendungan Temef dimulai pada tahun 2018. Paket I yang dikerjakan oleh Waskita Karya pada saat itu terdiri atas pekerjaan persiapan, pekerjaan bangunan pengelak, pekerjaan hidromekanikal dan pekerjaan bangunan pengambilan.
Nilai anggarannya untuk Paket I mencapai Rp934 miliar dan pembangunannya selesai lebih cepat dari target yang ditentukan pada tahun 2023.
Selanjutnya PT. Waskita Karya melanjutkan pembangunan bendungan tersebut di paket empat dengan nilai anggaran untuk Paket IV sendiri mencapai Rp468 miliar.
Sejumlah pekerjaan yang dilakukan di paket empat adalah timbunan bendungan utama, pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan hidromekanikal, pekerjaan bangunan pengambilan serta pekerjaan bangunan fasilitas.
"Kalau untuk sisa pekerjaan saat ini hanya pekerjaan finishing dan pekerjaan pengisian bendungan saja," tambah dia.
Dia menambahkan bahwa saat ini tak ada kendala signifikan dalam pengerjaan bendungan tersebut, namun yang jadi masalah saat ini adalah diblokirnya pembangunan bendungan tersebut oleh warga pemilik lahan.
BACA JUGA:
"Paling masalah lahan ini saja yang menjadi kendala dalam pengerjaan," tambah dia.
Karena itu saat ini pembangunan bendungan tersebut kini sudah terhenti sejak tanggal 14 Mei beberapa hari lalu karena memang sudah diblokir jalan masuk ke bendungan tersebut.
Padahal kata dia jika tidak ada kendala progres pembangunannya akan selesai pada Juni 2024 tahun ini.
Bendungan Temef menjadi bendungan terbesar di antara tujuh bendungan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo di NTT. Bendungan dengan panjang 550 meter dan tinggi 55 meter ini, menempati lahan seluas 45 hektare dan mampu menampung air hingga 45 juta meter kubik.