JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, industri pengolahan menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar PDB pada Februari 2024. Adapun kontribusinya mencapai 19,28 persen terhadap pertumbuhan ekonomi RI.
Merespons hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif menyebut, pihaknya akan konsisten mempertahankan capaian tersebut.
Febri mengatakan, ada sejumlah langkah-langkah yang akan dilakukan Kemenperin untuk mempertahankan capaian tersebut hingga kuartal II 2024.
Pertama, Kemenperin akan menggenjot anggaran belanja pemerintah. Sebab, indeks kepercayaan industri (IKI) dan Purchasing Managers' Index (PMI) mengalami penurunan.
Febri menilai, hal tersebut lantaran adanya faktor musiman imbas adanya libur panjang Lebaran 2024.
"Dari sisi belanja dalam negeri itu, kami akan tingkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Yang kedua, kami mendorong agar industri yang berorientasi ekspor juga semakin meningkatkan produksinya," ujar Febri saat menjawab pertanyaan VOI di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin, 6 Mei.
Kemudian, kata Febri, pihaknya pun berupaya agar kebijakan larangan terbatas (lartas) yang telah diterbitkan beberapa waktu lalu bisa mengendalikan masuknya barang-barang impor ke Tanah Air.
BACA JUGA:
"Kami berharap, pengendalian barang impor melalui lartas itu bisa berpengaruh terhadap industri dalam negeri, bisa meningkatkan utilisasi, menarik investasi dalam negeri dan juga bisa merekrut tenaga kerja," tuturnya.
Lebih lanjut, Febri menyebut, pihaknya menargetkan kontribusi industri pengolahan nonmigas ke PDB bisa mencapai sekitar 20 persen hingga kuartal II-2024 mendatang.
"Yang jelas, kami selalu berusaha agar kontribusi PDB industri pengolahan nonmigas bisa mencapai sekitar 20 persen dan kemudian pertumbuhannya bisa melebihi pertumbuhan ekonomi nasional," imbuhnya.