Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk menyerap jagung hasil panen petani sampai dengan Mei 2024 ini. Saat ini, di dalam negeri juga sedang masuk masa panen raya jagung.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyerap sebanyak 8.500 ton jagung sejak Januari hingga 2 Mei 2024.

“Jadi yang paling besar kalau digabung dari Gorontalo dan Bolaang Mongondow itu. Itu kira-kira hampir 4.500-an ton. Dan Bima, itu kira-kira 3.500-an ton, yang lain kecil. Jadi jumlahnya kira-kira 8.500-an ton,” tuturnya saat ditemui wartawan di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei.

Dalam penyerapan jagung petani, kata Bayu, Bulog menghadapi kendala. Salah satunya pada fasilitas pengering atau dryer milik Bulog yang ada di Gorontalo dan di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) belum beroperasi optimal.

“Unfortunately pengeringnya Bulog belum beroperasi optimal saat ini. Karena ini memang baru selesai pembangunannya. Jadi masih commissioning, masih uji coba,” jelasnya.

Bayu menargetkan tahun depan fasilitasnya itu bisa beroperasi optimal. Adapun saat ini fasilitas dryer Bulog mengeringkan 160 ton jagung per harinya.

Lebih lanjut, Bayu mengatakan optimalisasi dryer itu dibutuhkan karena jagung sendiri harus langsung dikeringkan agar bisa disimpan di gudang Bulog. Jika tidak dikeringkan, maka akan cepat rusak.

“Kalau jagung itu disimpan, masuk di gudang, kadar airnya lebih dari 15 persen, maka akan dengan sangat cepat dia akan segera rusak. Warnanya berubah jadi agak hitam karena jamur. Jadi itu yang jadi masalah,” ucap Bayu.

Bayu juga bilang jagung yang sudah diserap akan disalurkan setelah panen usai. Seperti yang diketahui, jagung diserap Bulog dan akan disalurkan ke peternak sebagai pakan.

“Makanya nanti kita akan jaga (harga jagung), setelah kita punya stok nanti kita akan salurkan pada saat nanti tidak ada panen lagi. Sekarang biarkan saja panen dulu. Jangan sekarang kita keluar,” tuturnya.