IMF Khawatir Inflasi Makin Tinggi jika Konflik Timur Tengah Memanas
Ilustrasi (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan global sebesar 3,2 persen pada tahun 2024 maupun 2025.

Hal tersebut diungkapkan dalam laporan World Economic Outlook, meskipun inflasi dan risiko geopolitik tetap menjadi ancaman terhadap perekonomian dunia.

"Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 persen dari proyeksi IMF pada Oktober untuk tahun 2024, dengan aktivitas yang lebih kuat dari perkiraan di AS, Tiongkok, dan negara-negara berkembang besar lainnya. pasar. Namun aktivitas di kawasan Euro melemah," kata Kepala Ekonom IMF Pierre Olivier Gourinchas dalam keterangannya, Rabu, 17 April.

Gourinchas menyampaikan, perekonomian global terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan pertumbuhan yang stabil dan inflasi yang menurun. Namun masih banyak tantangan yang menghadang.

Menurut Gourinchas, kekhawatiran terhadap inflasi, dan dampak ekonomi dari ketidakstabilan di Timur Tengah dan perang di Ukraina terhadap perekonomian dunia menjadi hal yang utama.

“Kemajuan menuju target inflasi agak mengkhawatirkan karena terhenti sejak awal tahun di beberapa negara. Ini mungkin merupakan kemunduran sementara, namun ada alasan untuk tetap waspada," jelasnya.

Gourinchas menyampaikan, harga minyak meningkat sebagian karena ketegangan geopolitik dan sektor jasa.

Inflasi masih sangat tinggi di banyak negara. Pembatasan perdagangan lebih lanjut juga dapat mendorong inflasi barang.

"Mengembalikan inflasi ke target harus tetap menjadi prioritas,” kata Gourinchas.

Di sisi lain, pasar bertanya-tanya kapan atau apakah Federal Reserve AS akan mulai menurunkan suku bunganya setelah data ekonomi terbaru menunjukkan perekonomian Amerika yang kuat.

Adapun kinerja Amerika Serikat yang kuat baru-baru ini mencerminkan pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan pasokan tenaga kerja yang kuat, namun juga kuatnya tekanan permintaan yang dapat menambah inflasi.

"Hal ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bertahap terhadap pelonggaran yang dilakukan oleh Federal Reserve,” kata Gourinchas.

Oleh sebab itu, IMF mendesak negara-negara untuk mengatasi hal ini dengan membangun kembali penyangga fiskal mereka.

Namun, hal ini terkadang tidak menyenangkan secara politik dalam jangka pendek.

“Konsolidasi fiskal tidak pernah mudah, namun yang terbaik adalah tidak menunggu sampai pasar menentukan kondisinya. Konsolidasi fiskal yang kredibel dapat membantu menurunkan biaya pendanaan, meningkatkan ruang fiskal, dan stabilitas keuangan. Kuncinya adalah memulainya sejak dini, bertahap dan kredibel,” katanya.