Harga Telur Ayam Naik, Bapanas Bantah Ada Kaitan dengan Bantuan Pangan Penanganan Stunting
Sembako (Foto: antara)

Bagikan:

JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) membantah bahwa harga telur ayam di pasaran yang mulai ada kenaikan, disebabkan karena program bantuan pangan penanganan stunting yang dijalankan pemerintah.

Sekadar informasi, paket bantuan pangan penanganan stunting yang diberikan pemerintah berupa 1 kg daging ayam Karkas atau sekitar 0,9 sampai 1,1 kg dan 10 butir telur untuk 1 keluarga rawan stunting (KRS). Program ini menyasar 1,4 juta KRS.

Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional, Kamis 7 Maret pukul 09.30 WIB, harga telur ayam ras terpantau naik 0,70 persen atau Rp220 perak. Tercatat harga telur secara nasional adalah Rp31.500 per kilogram (kg).

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan mulai adanya kontraksi harga telur ayam di pasar sudah menjadi atensi pemerintah, dalam hal ini Badan Pangan Nasional. Ia pun membantah program bantuan pangan penanganan stunting menjadi penyebab harga telur naik.

“Ada isu yang bilang harga telur itu naik, katanya karena adanya program bantuan pangan telur. Saya jelaskan bantuan pangan dari NFA bersama ID FOOD berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting, belum kita mulai. Padahal harga telur naik hari ini, karena sebulan lalu harga jagung pakan itu Rp9.000 per kg,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis, 7 Maret.

Harga jagung pakan, sambung Arief, menjadi unsur krusial pembentuk harga telur ayam ras. Saat harga jagung pakan mencapai Rp9.000 per kg, pemerintah menggelontorkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan ke para peternak dengan harga Rp5.000 per kg.

“Mengenai harga telur dan ayam hari ini, 50 persen lebih itu karena pakannya dari jagung pipilan kering. Waktu itu harga jagung mendekati Rp9.000 per kg, sehingga pemerintah melakukan importasi melalui Perum Bulog sejumlah 250.000 ton,” jelasnya.

“Disalurkan ke peternak-peternak mandiri kecil sesuai verifikasi data yang diperoleh dari Dirjen PKH Kementan (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian),” sambung Arief.

Sampai 6 Maret, lanjut Arief, Perum Bulog dalam menyalurkan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) sebagai bagian dari program SPHP telah menyentuh angka 201.000 ton atau 51 persen dari total alokasi 343.000 ton.

Sebaran peternak ada di 18 provinsi antara lain DKI Jakarta dan Banten, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.